Rabu, 28 Juni 2017

Berbahasa Roh Dalam Pertemuan-Pertemuan Dan Ibadah



Di zaman sekarang ini, setiap minggu di gereja-gereja aliran karismatik selalu saja berbahasa roh rame-rame setiap kali selesai menyanyikan sebuah pujian/penyembahan ataupun ketika berdoa. Maka kali ini akan kita bahas apa kata Kitab Suci mengenai hal ini.

Ayat yang diambil adalah dari 1 Korintus 14:6-28. Dapat dibaca sendiri karena ayatnya tidak memiliki perbedaan arti yang signifikan mengingat ayat-ayat ini adalah berisi penjelasan mengenai karunia berbahasa roh. Dan juga terlalu banyak. :P

Dari artikel sebelumnya Bahasa Roh dan Manfaatnya, telah kita bahas KEGUNAAN bahasa roh adalah MEMBANGUN diri sendiri(1 Korintus 14:4). Maka, mengambil titik tolak dari hal ini, apakah berbahasa roh rame-rame di dalam pertemuan-pertemuan yang sifatnya untuk ibadah dapat dikatakan membangun diri sendiri? Ataukah untuk membenarkannya, maka kita akan mengatakan "Itu membangun roh seluruh jemaat sekaligus secara bersama-sama"?

1 Korintus 14:4(ILT) : Yang berbicara dengan bahasa lidah, dia sedang membangun dirinya sendiri, tetapi yang bernubuat, ia sedang membangun jemaat.
Maka sesuai dengan apa yang dikatakan, NUBUATANlah yang membangun jemaat sedangkan bahasa roh/lidah hanya MEMBANGUN DIRI SENDIRI.

Kembali ke apa yang telah menjadi kebiasaan selama ini, bahwa setiap kali selesai menyanyikan sebuah pujian/penyembahan, selalu saja diikuti berbahasa roh rame-rame.
Apakah ada kegunaannya?
Dari 1 Korintus 14:6,9,11,16 , secara jelas rasul Paulus telah mengatakan TIDAK ADA. Tidak ada manfaatnya sama sekali BAGI JEMAAT karena hal itu tidak membangun, tidak memberikan pengajaran, tidak menyingkapkan hal-hal yang tersembunyi, dan yang paling parah, sama sekali tidak ada yang tahu apa yang sedang dibicarakan KECUALI ada yang menterjemahkannya.

Apakah bahaya ataupun kerugian dari berbahasa roh rame-rame tanpa ada yang menerjemahkan? (bahkan sekalipun ada yang menerjemahkan, bagaimana dia dapat menerjemahkan begitu banyak sekaligus?)
1. Membuang-buang waktu percuma.(bagi mereka yang belum percaya)
2. Karena tidak ada yang mengetahui apa yang sedang diucapkan roh, bagaimana seseorang dapat berkata amin jika seseorang yang hadir sedang mengucapkan syukur di dalam bahasa roh? Maka dengan demikian bagaimana seseorang yang berbahasa roh dapat memberkati yang lain? (1 Korintus 14:16)
3. Bagaimana jika ada seseorang yang berbahasa roh dari neraka? Yang isi dari bahasa rohnya adalah mengutuki jemaat Elohim? Karena tidak ada yang tahu, maka orang tersebut dengan bebas mengutuki dalam roh tanpa dihentikan sama sekali.
4. Tidak sesuai dengan Kitab Suci.
5. 1 Korintus 14:23 menuliskan, bahkan orang-orang yang tidak beriman yang mungkin baru pertama kali mendengar bahasa roh tersebut akan merasa risih dan menganggap jemaat tidak waras (bahkan mungkin sesat?)

Oleh sebab bahaya-bahaya inilah, rasul Paulus menuliskan bahwa bahasa roh adalah tanda bukan bagi orang yang beriman, tetapi bagi orang yang tidak beriman.(1 Korintus 14:22) LOH? Maksudnya? Bukankah diatas kita sebutkan bahwa orang-orang tidak beriman akan menganggap jemat sudah tidak waras?

Apa yang dimaksud oleh ayat 22 berbicara dalam konteks "karunia ini diberikan kepada". Maka bagian pertama adalah berbicara seperti babtisan Kornelius oleh Petrus di Kisah Para Rasul 10:1-48. Maksudnya begini, jika ada orang yang tidak beriman mendengar pemberitaan Injil, kemudian dia didoakan dan pada saat itu dia mengalami kepenuhan Roh Kudus dan berbahasa roh, bukankah hal ini menjadi tanda bagi dirinya sendiri bahwa Injil adalah sesuatu yang nyata? Bukan omong kosong, tetapi disertai oleh mujizat karunia-karunia Roh Kudus. Itulah yang disebut tanda bagi orang yang tidak beriman. 
Tetapi kalau bagi orang yang sudah percaya(benar-benar percaya), mendapatkan bahasa roh tidak memberikan iman yang baru hanya meneguhkan apa yang sudah ada. 

Kemudian bagaimana dengan nubuat? Nubuat adalah bagi orang-orang yang beriman, bukan bagi orang-orang yang tidak beriman. Penjelasan mengenai mengapa karunia nubuat adalah bagi orang-orang beriman ada pada ayat ke 24 dan 25.
Apabila dalam suatu pertemuan, semua orang bernubuat dan ada seseorang yang tidak beriman masuk ke dalam pertemuan itu, maka dia akan ditempelak oleh semuanya, dan semua yang tersembunyi di dalam hatinya akan menjadi nyata, hal ini akan membuatnya menjadi percaya bahwa Elohim nyata dan berdiam di antara orang percaya.
Bisakah dibayangkan jika karunia bernubuat diberikan kepada orang yang tidak beriman? Tentunya orang itu akan kebingungan mengapa dia mendengar suara yang jelas-jelas menyuruhnya untuk mengatakan ini kepada si A. Mungkin orang ini tidak akan berani jika isinya dapat menyinggung orang yang bersangkutan.

Maka, sesuai dengan judul artikel kali ini, bagaimana berbahasa roh dalam pertemuan-pertemuan dan ibadah yang seharusnya menurut Kitab Suci?
Dari ayat 27-28, sekalipun ayat-ayat ini jauh lebih efektif jika dilakukan didalam pertemuan-pertemuan kecil sekitar 3-20 orang, tapi menurut penulis hal ini juga dapat dilakukan di ibadah. 
Rasul Paulus di ayat ke 27-28 mengatakan bahwa sebaiknya hanya 2-3 orang yang berbahasa roh di dalam suatu pertemuan, dan itupun bergantian. Kalau ada yang menterjemahkan lebih baik, tapi kalau tidak ada, maka sebaiknya berdiam diri saja.
Hanya dengan cara inilah jemaat yang hadir dalam pertemuan dapat dibangun karena dengan demikian, akan ada pesan Roh Kudus yang disampaikan kepada semua orang, bukan hanya "koor" bahasa roh seperti yang dibiasakan terjadi di gereja-gereja setiap minggunya.

Sekian artikel kali ini. Semoga bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar