Sabtu, 05 November 2016

Kesaksian tentang Persepuluhan

Peristiwa ini terjadi di tahun 2010. Ketika itu penulis memutuskan untuk menjual buku-buku pelajaran SMU karena tadinya akan mengajar les privat tetapi ternyata tiba-tiba dibatalkan oleh orangtua murid sebelum dimulai. Apa boleh buat buku-buku yang tadinya sudah dibeli tidak bisa dipakai dan harus dijual. Semua buku yang dijual ketika itu hanya laku 24 ribu rupiah. Ketika itu penulis memutuskan untuk tetap mengembalikan persepuluhan ke gereja (meskipun sebenarnya itu bukan keuntungan tapi kerugian, karena beli buku itu lebih mahal kan?). Jadi dari 24 ribu, persepuluhan ke gereja adalah sebesar 2.400 rupiah. Sungguh miris rasanya ketika mengembalikan persepuluhan itu. Sudah belinya mahal, jualnya begitu murah, dan waktu mengembalikan persepuluhan dengan nilai sekecil itu... rasanya seperti orang yang benar-benar tidak berguna.

Singkat cerita, beberapa bulan berlalu (persepuluhan itu adalah persepuluhan terakhir yang dikembalikan penulis ke gereja), ketika penulis memutuskan untuk berhenti menjadi guru les privat, penulis mencoba melamar pekerjaan ke sebuah bank asing. Setelah melalui proses wawancara, ujian dan menunggu yang cukup panjang, akhirnya penulis diterima di bank tersebut. Pada hari pertama penulis bekerja di bank tersebut, ketika penulis menandatangani surat perjanjian kerja, tertera gaji yang diberikan kepada penulis adalah sebesar 2,4 juta. Jadi dari 2.400 rupiah persepuluhan yang dikembalikan oleh penulis, berkat yang diberikan oleh Elohim adalah sebesar 2,4 juta (jika kita mengambil ini sebagai patokan, maka berkat yang diterima adalah sebesar 1000 kali lipat dari persepuluhan terakhir) sehingga persepuluhan dari gaji ini adalah sebesar 240 ribu rupiah (jika kita mengambil ini sebagai patokan, maka persepuluhan yang dikembalikan adalah sebesar 100 kali lipat dari persepuluhan terakhir sebesar 2.400)

Kesaksian ini dituliskan oleh penulis untuk menguatkan mereka yang mungkin saat ini merasa berat mengembalikan persepuluhan ataupun mereka yang tidak yakin bahwa berkat atas persepuluhan masih relevan di zaman sekarang ini. Penulis bukan seorang pendeta ataupun pengerja(full timer) gereja, tetapi kesaksian ini dimaksudkan untuk menegaskan bahwa ketika kita taat terhadap perintah Elohim, yakinlah Dia tidak akan menahan berkat-Nya bagi kita dan akan mencurahkannya kepada kita hingga berkelimpahan sampai-sampai kita hanya bisa tercengang dan berkata, "ini bukan karena kita, melainkan karena kemurahan Elohim."

Semoga kesaksian ini dapat memberkati mereka yang membacanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar