Selasa, 20 Desember 2016

Kumpulan Kotbah Pdt. Petrus Agung Purnomo Volume 1 : Disusutkan

Artikel kali ini membahas buku kumpulan kotbah pdt. Petrus Agung Purnomo (alm.) volume 1 yang berjudul Disusutkan. Adapun artikel ini merupakan inti dari buku tersebut dan dijelaskan dengan beberapa tambahan dari penulis.


Apa itu disusutkan? Yahshua pernah mengajar tentang kain yang baru yang belum susut akan merobek kain yang lama, dan kantung anggur yang lama tidak dapat diisi dengan anggur yang baru karena kantung itu akan koyak.(Matius 9:16-17, Markus 2:21)

Sebelum masuk ke dalam pembahasan mengenai buku kumpulan kotbah ini, penulis akan menjelaskan apa yang dimaksud dengan kain baru yang akan merobek kain yang lama.

Ketika suatu kain selesai dibuat, seharusnyalah kain itu direndam terlebih dahulu (mungkin bisa satu kali atau lebih) dengan tujuan apa? Agar kain tersebut menjadi susut sampai dia tidak menyusut lagi.
Dengan demikian ketika dibuat menjadi baju atau apapun, barang hasil kain tersebut tidak akan susut ketika dicuci. Itulah sebabnya dikatakan bahwa kain yang baru yang belum susut jika dipakai untuk menambal kain yang lama, ketika dicuci maka kain yang baru akan menyusut dan menarik sambungan dengan kain lama sampai robek.

Kemudian bagaimana dengan anggur yang baru tidak dapat diisi ke dalam kantung anggur yang lama?
Kantung anggur pada masa itu terbuat dari kulit binatang dan kantung anggur yang lama memiliki sisa-sisa fermentasi dari anggur yang selama ini disimpan di dalam. Maka jika dimasukkan anggur yang baru yang masih akan mengalami fermentasi, proses fermentasi tersebut akan menghasilkan gas yang akan menekan kantung tersebut. Jika kantung tersebut cukup lama, tentunya kantung tersebut mungkin sudah cukup lapuk dan akibatnya akan koyak oleh karena tekanan gas dari anggur baru tersebut.

Baiklah penjelasan singkatnya sampai disana, maka kita mulai pembahasan bukunya:


Bab 1. Disusutkan Sebelum Ditambalkan

Apa maksudnya disusutkan?
Disusutkan adalah ketika Tuhan memproses hidup kita sampai kita menjadi seperti tulang kering, tinggal tulangnya, daging dan kulit sudah habis semua. Berarti kita akan mengalami segala kesulitan yang luar biasa berat sampai di titik kita benar-benar "tidak bisa disusutkan lagi". Tentunya ketika kita bersama Tuhan, Dia akan memberi kita kekuatan untuk menanggung segala kesulitan yang akan diberikan-Nya.

Mengapa kita harus disusutkan?
Supaya kita dapat digunakan untuk menambal kehidupan orang lain seperti kain yang menambal kain yang koyak.

Loh, mengapa tidak digunakan sebelum susut? Memangnya apa bedanya sebelum dan sesudah susut?
Kita ambil contoh sederhana. Jika kita belum memiliki anak lalu kita melayani di bidang FLC (Family Life Counseling) dan orang yang datang kepada kita untuk konseling adalah mereka yang memiliki anak-anak bermasalah mungkin narkoba, masuk penjara karena segala macam perbuatan kriminal, anak laki-laki yang menghamili anak perempuan orang lain, dll dsb. Bagaimana kita akan memberikan konseling kepada orang ini padahal kita tidak pernah mengalami hal tersebut? Penulis dapat menjamin semua nasehat yang dapat kita berikan hanyalah berasal dari apa yang dapat kita pikirkan ataupun jika kita pernah mendengar nasehat dari orang yang pernah mengalami hal tersebut, tapi kita tidak dapat merasakan apa yang dirasakan orang yang datang untuk konseling tersebut. Sehingga apa yang kita berikan pada umumnya tidak akan banyak membantu orang tersebut.
Jika nasehatnya tidak membantu, mungkin masih lumayan. Tetapi jika nasehatnya itu menjadi satu batu sandungan? Misalnya nasehat yang kita berikan adalah nasehat yang bersifat penghakiman, "Oh, kamu mengalami hal tersebut karena kamu telah berbuat dosa. Kamu harus bertobat dan minta ampun kepada Tuhan". Seringkali orang-orang yang terlibat di dalam pelayanan (terutama doa) merasa mereka "berhak" memberikan penghakiman seperti ini. Padahal nasehat seperti ini umumnya hanya berasal dari mulut orang-orang yang belum dewasa secara rohani. Bahkan belum mencapai "remaja".
Jika keadaan orang tersebut diibaratkan kain lama yang telah robek oleh masalah berat, bukankah nasehat seperti itu adalah kain baru yang susut dan membuat robekan kain tersebut semakin besar?
Dan yang paling parahnya adalah mungkin karena kita tidak mempunyai referensi, biasanya kita akan membawa masalah ini bisa saja ke rekan sesama pelayan FLC, atau ke pendeta gereja.
Sadarkah kita sekalipun alasannya adalah untuk kebaikan, hal itu sudah termasuk bergunjing/bergosip?

Apakah kita dapat menjamin, bahwa siapapun yang kepadanya kita menceritakan kisah dari orang yang memerlukan konseling tersebut, dia tidak akan menceritakannya lagi kepada orang lain? Dan orang lain tersebut tidak akan menceritakan kepada orang lain lagi? Dan seterusnya?
Segala alasan mungkin dapat dipikirkan untuk membenarkan apa yang kita perbuat tersebut, tetapi ketahuilah, ITU ADALAH BERGOSIP. Ada tidak dosanya? Ketika kita bergosip, SELALU ada bumbu tambahan dan semakin banyak orang yang ikut bergosip, semakin kaya bumbu yang ada. Berarti disana ada dosa KEBOHONGAN. Dan berdasarkan 2 Korintus 12:20(ILT) dapat disimpulkan bahwa gosip itu bukanlah hal yang baik untuk dilakukan.

Nah... apa yang terjadi jika orang yang datang konseling itu menemui orang yang pernah mengalami hal yang sama seperti apa yang dia alami? Tentunya dia mendapatkan apa yang dia butuhkan. Apakah itu dukungan moral, doa, dan kata-kata nasehat yang berasal dari orang yang jelas mengerti keadaan jiwanya.

Pertanyaan yang paling penting adalah maukah kita mengalami hal yang sama dengan orang tersebut?
Agar dengan demikian kita dapat menjadi selembar kain untuk menambal bagian yang telah koyak pada hidup orang tersebut? Ouuu, gak enak bo... tapi jika itu yang Tuhan inginkan, supaya kita dapat melayani mereka, bagaimana? Akankah kita menolak?

Apa-apa saja yang disusutkan dari kita?
Biasanya yang paling pertama adalah harga diri. Karena harga diri dan kesombongan kitalah yang paling sering menghalangi kita untuk dapat menjadi berkat bagi orang lain. Misalnya mungkin kita diberi dorongan oleh Roh Kudus untuk mau melayani, tapi karena gengsi maka kita tidak mau. Dan karena harga diri itu jugalah, maka seribu satu alasan dapat kita pikirkan untuk membenarkan perbuatan yang kita lakukan. Tapi tetap saja itu hanya A-L-A-S-A-N.

Apa ciri-ciri orang yang sudah selesai disusutkan?
1 Korintus 13:4-7 mencatat tentang ciri-ciri kasih. Salah satunya adalah bahwa kasih menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
Dikatakan bahwa kasih menutupi segala sesuatu, seperti kain yang ditambalkan kepada kain yang koyak. Maka kuncinya adalah

                                                         K-A-S-I-H

Kasih yang kita miliki jika kita telah selesai disusutkan akan membuat pelayanan kita menjadi seperti kain yang dapat menutupi koyaknya hati orang lain, dan ditutup dengan pas sehingga tidak membuat koyakannya semakin lebar. Orang yang telah selesai disusutkan mungkin bukan mereka yang sekali berdoa dan tumpang tangan langsung membuat 10 ribu orang rebah, mungkin bukan orang yang sekali berkotbah langsung membuat 10 ribu orang bertobat dan memberi diri dibaptis, mungkin juga bukan orang yang hafal isi kitab suci dari kitab Kejadian sampai Wahyu bahkan dalam beberapa bahasa, sehingga tahu segala jenis penafsiran dan arti sebenarnya. Dan tentu saja tidak bergantung dari berapa lama orang tersebut telah menjadi seorang kristen. Sampai 100 tahun pun sekalipun seseorang menjadi orang percaya, belum tentu dia memiliki kasih yang dimiliki oleh mereka yang telah disusutkan.

Baiklah, saya mau disusutkan tapi adakah cara mempercepat prosesnya?
Ada, yaitu dengan pengucapan syukur yang sungguh-sungguh bukan hanya di mulut, tetapi dari hati.
Jika kita menggerutu atau marah-marah, maka sama seperti Israel di padang gurun selama 40 tahun, Tuhan juga akan berkata : "Kainnya masih belum susut, kalau gitu rendam lagi di air sampai susut" Tadinya harusnya cuma satu malam, sekarang ditambah jadi 2 malam, dst.

----------------------------------------------------------

Bab 2 Membuka Tanah Baru (1)

Yeremia 4:3 menuliskan Tuhan berfirman kepada orang Yehuda dan penduduk Yerusalem untuk membuka tanah baru dan janganlah menabur di tempat duri tumbuh

Dalam terjemahan bahasa Inggris, bukanlah disebut tanah baru melainkan "fallow ground".

Apa itu "fallow ground"?
Fallow ground adalah tanah yang sudah menjadi keras karena lama tidak digarap sehingga penuh dengan tanaman liar, dan benih sebaik apapun yang ditaburkan diatas tanah itu tidak akan tumbuh dengan baik, dan akhirnya akan mati tercekik oleh semak duri diatasnya.

Mengapa fallow ground bisa terbentuk?
Ada dua hal yang dapat menyebabkan terjadinya fallow ground:
1. Tanah tersebut ditinggalkan lama tidak digarap.
2. Pada tahun sabat (tahun ketujuh), tanah tersebut tidak boleh digarap selama setahun. Maka selama setahun semak duri akan tumbuh, sehingga setelah tahun sabat selesai, tanah tersebut sudah menjadi fallow ground.

Untuk mengolah fallow ground, tidak boleh langsung membajak atau membongkar tanah tersebut, karena tanah tersebut akan hancur menjadi seperti pasir dan demikian berkurang kesuburannya.
Fallow ground tersebut harus terlebih dahulu dibasahi dengan hujan awal musim untuk membuatnya menjadi lunak, barulah kemudian boleh dibajak, kemudian segala semak duri yang telah tumbuh diatasnya haruslah dicabut seakar-akarnya dan pada akhirnya dibakar sehingga benih yang ditabur ketika tumbuh tidak akan mati dicekik oleh semak duri tersebut.

Apa yang terjadi ketika dibajak?
Tanah yang dibajak itu dibongkar habis-habisan, yang tadinya dibawah bisa jadi diatas, dan yang tadinya di permukaan bisa jadi masuk ke dalam tanah. Atau bisa juga yang di permukaan tetap di permukaan tetapi dihancurkan, yang didalam tanah tetap berada di dalam tanah dan dilembutkan.
Setelah selesai dibajak, barulah benih yang baik dapat ditaburkan sehingga dapat tumbuh dengan baik.

Proses untuk membuat tanah menjadi subur dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Menantikan pencurahan hujan atas tanah itu, dan mengolahnya dengan mata bajak.
2. Tingkat kesuburannya bergantung pada iklim dan atmosfir yang ada.

Laluuuuu bagaimana hubungannya dengan gereja dan orang percaya?
Sebagian besar gereja maupun orang percaya memiliki hati yang merupakan fallow ground.

Bagaimana cara mengetahui apakah hati kita fallow ground atau tanah yang baik?
Adakah kekuatiran, harta kekayaan, dan kenikmatan hidup menguasai kita? Jika ya, maka hati kita masih fallow ground.
Jika demikian, apakah kita mau mengizinkan Tuhan membongkar hati kita untuk menjadikannya tanah yang baik? Gak enak bo...ketika Tuhan mulai membajak hati kita, yaaa seperti bab 1 diatas : DISUSUTKAN. Tetapi ini adalah untuk membuat kita semakin berkenan kepadanya dan dengan demikian pelayanan kita akan menjadi berkenan dimata-Nya dan berguna bagi Dia.

Setelah dibajak, apalagi yang harus kita lakukan?
Kita harus menjaga tingkat kesuburan tanah tersebut, dengan cara bagaimana? Menjaga hati kita agar bisa mengundang hadirat-Nya dalam hidup kita. Lebih spesifik?
Juga, kita harus menjaga dengan siapa saja kita bergaul karena pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik (1 Korintus 15:33). Jika kita salah bergaul, akibatnya tidak ringan, iman kita bisa merosot terus-menerus dan bahkan mati bukannya bertumbuh.

----------------------------------------------------------

Bab 3 Membuka Tanah Baru (2)

Di atas telah dijabarkan bagaimana membuka fallow ground dan menjaga kesuburannya.
Maka setelah benih ditabur di tanah yang baik yaitu hati kita, pertumbuhan benih itu adalah dari dalam tanah ke permukaan, dari dalam hati kita keluar. Kebiasaan bertani di Israel adalah menuai gandum di akhir musim dingin, sedangkan awal pertumbuhan gandum tersebut adalah pada awal musim dingin, sehingga gandum tersebut tumbuh menembus kebekuan yang ada. Maka sama seperti itu pertumbuhan benih di dalam hati kita juga diharapkan sanggup menembus segala kebekuan yang ada.

Bagaimana caranya menumbuhkan benih tersebut dan menembus kebekuan yang ada? Mempunyai hidup dan pelayanan yang berhasil dengan catatan ukuran keberhasilan itu adalah dikenan oleh Tuhan dan berdampak bagi sekitar kita(menembus kebekuan disekitarnya)?
Caranya adalah dengan membangun keintiman dengan Tuhan. Keintiman yang dimaksud adalah persekutuan setiap hari dengan Tuhan minimal satu jam. Karena dengan begitu barulah kita dapat mengenal Tuhan kita secara pribadi. Sehingga Roh Kudus bukanlah lagi sesuatu yang tidak jelas bagi kita, bukanlah lagi suatu manifestasi hadirat, tetapi kita akan mengetahui(BUKAN HANYA PERCAYA) bahwa DIA adalah pribadi yang berbeda dari Bapa, berbeda dari Tuhan Yahshua, yang memiliki perasaan, kehendak dan selera. Dan apa yang lebih penting dari itu? Kita akan semakin peka terhadap tuntunan Roh Kudus. Kalau pelayanan dan hidup kita berjalan menurut kehendak-Nya seperti apa yang Dia tuntun, maka roh kita akan seperti mata air yang memancarkan sungai-sungai air kehidupan. Dengan demikian kita dapat menjadi berkat bagi sekitar kita.

Adakah cara lain untuk menumbuhkan benih selain bersekutu intim dengan Tuhan? Satu jam itu cukup lama...sudah bosan dan tidak sabar duluan.
Jawabnya tidak ada. Kekristenan bukanlah sekedar pergi ke gereja setiap minggu (meskipun ini juga wajib), bukan sekedar melayani di gereja, bukan sekedar memberi persembahan yang besar, tetapi yang jauh lebih penting dari itu adalah mengikut Kristus, menjadi murid-Nya, bukan menjadi pendengar firman saja, tetapi menjadi PELAKU firman. Jika bagi kita satu jam itu cukup lama dan membosankan, itu karena kita baru memulainya. Jika kita sudah mengenal Tuhan lebih dalam dan lebih dalam lagi, satu jam itu terasa terlalu singkat dan malah kita akan menambah jamnya sendiri dari satu menjadi dua jam, dari dua menjadi tiga atau mungkin empat jam.

----------------------------------------------------------

Bab 4 Keseimbangan Dalam Kehidupan Rohani

Banyak orang yang melayani Tuhan dalam suatu area pelayanan misalnya konseling, ketika memberikan nasehat kepada orang lain, nasehatnya itu sangat tepat dan berguna bagi mereka yang memerlukan pelayanan tersebut. Tetapi orang-orang ini ketika diizinkan Tuhan untuk mengalami suatu masalah hidup, lucunya mereka tidak punya pemecahan atas masalahnya. Seakan-akan ketika mereka melayani, semua nasehat mereka itu adalah dari Tuhan, karena mereka peka terhadap suara Tuhan. Tetapi begitu dirinya sendiri mengalami masalah, suara Tuhan seakan-akan menghilang. Tidak ada tuntunan Roh Kudus, semuanya seakan-akan tidak ada jalan keluar.

Apa yang sebenarnya sedang terjadi?
Bagi orang-orang yang suka menghakimi (tidak dewasa secara rohani), maka mereka akan beranggapan bahwa orang-orang yang mengalami situasi ini adalah orang-orang munafik. Dan biasanya mereka akan kecewa terhadap orang-orang tersebut.
Tetapi sebenarnya bukan hal itu yang sedang terjadi. Ketika pdt. Petrus Agung Purnomo bertanya kepada Roh Kudus mengapa hal ini bisa terjadi, Roh Kudus menjawab: "Sesungguhnya anak-anak-Ku itu sedang beroperasi dalam area yang dinamakan gift atau karunia, dan sifat utama dari karunia adalah untuk orang lain." Namanya karunia atau pemberian, jadi sifatnya selalu memberikan kepada orang lain, tidak pernah untuk diri sendiri. Jadi orang yang menerima karunia itu sebenarnya dipakai Tuhan untuk memberikan sesuatu kepada orang lain yang membutuhkan lewat dirinya.

Masalahnya adalah orang tersebut mempunyai karunia dan bergerak dalam area karunianya, tetapi dia sendiri tidak punya hubungan pribadi yang kuat dengan Tuhan. Ini yang menyebabkan dia tidak dapat mendengar suara Tuhan ketika dirinya sendiri terkena masalah. Saluran ke Tuhan untuk dirinya sendiri tidak ada, tetapi yang dimilikinya adalah saluran Tuhan ke orang lain MELALUI dirinya. Itulah sifat karunia, yaitu memberi, memberi, dan terus memberi.

Bahaya-bahaya pada kasus seperti ini:
1. Orang dengan karunia tapi tidak intim dengan Tuhan akan keropos/rapuh di dalam. Nampaknya sangat tepat dan sangat peka terhadap suara Tuhan, sehingga orang-orang sering akan bergantung padanya dan memberinya beban hidup yang lebih daripada yang dapat ditanggung rohnya. Apabila masalah datang atas hidupnya, maka dia akan goyah dan tiba-tiba roboh karena tidak sanggup lagi menahan semua beban tersebut.
2. Orang yang hanya bergerak dalam area karunia selalu terbiasa berhubungan dengan kepentingan orang lain, padahal yang paling utama dalam hidup kita adalah hubungan pribadi masing-masing dengan Tuhan. Kebiasaan berhubungan dengan orang lain ini dapat menyebabkan kita menjadi mempunyai perasaan tidak bersalah dan menjadi bebal di hadapan Tuhan. Belum lagi jika semua orang berharap kepada orang tersebut untuk pertolongan, nasehat dan lainnya, bukankah dia sedang membawa semua orang untuk menjauh dari Tuhan dan mendekat kepada dirinya? Itu dosa yang akibatnya lebih parah.
Dalam Matius 7:21-23, orang-orang seperti ini pada akhirnya ditolak oleh Tuhan pada hari terakhir dan mereka akan disebut sebagai pembuat kejahatan.

Jangan hanya bergerak dalam area karunia saja, tetapi kita harus belajar mengenal Dia secara pribadi dan mengenal kehendak-Nya.

----------------------------------------------------------

Bab 5 Hati Nurani Yang Murni

Seringkali kita salah mendengar, apa yang seharusnya suara hati nurani, kita anggap adalah suara Roh Kudus. Hati nurani kita sudah tercemar oleh pengalaman dan pengajaran yang kita terima dari sejak masa lampau. Dan ini menyebabkan ketika Roh Kudus berbicara, sering kita menganggapnya salah dengar jika tidak sesuai dengan apa yang kita percayai atau suara hati nurani kita.
Contoh paling sederhana adalah ketika Petrus pergi ke rumah Kornelius. Sebelum utusan Kornelius datang kepada Petrus, dia sudah menerima penglihatan terlebih dahulu dalam bentuk segala macam binatang yang tidak halal, dan ada suara yang mengatakan untuk memakannya. Tetapi karena Petrus memiliki hati nurani yang mengacu pada taurat orang Yahudi, maka dia menolak untuk memakannya. Tetapi suara itu mengatakan: "Apa yang Elohim tahirkan, janganlah engkau cemarkan!"(ILT) Hal itu terulang sampai tiga kali, barulah setelahnya utusan Kornelius sampai kepada Petrus. Dan barulah saat itu Petrus mengerti bahwa yang dimaksud dengan binatang yang tidak halal itu adalah bangsa-bangsa lain di luar bangsa Yahudi. Apa yang terjadi jika Petrus tidak mengalami penglihatan itu? Tentu saja dia tidak akan pergi ke rumah Kornelius. Oleh sebab apa? Karena hati nuraninya yang masih mengacu pada taurat orang Yahudi, bahwa orang Yahudi tidak boleh masuk ke dalam rumah bangsa kafir. Dan oleh karena baptisan Kornelius jugalah maka Petrus ketika kembali ke Yerusalem dihakimi oleh orang percaya dari bangsa Yahudi karena hati nurani mereka juga masih mengacu pada taurat sehingga mereka menganggap Petrus telah melakukan kesalahan yang berat. Ketika Petrus menjelaskan semuanya, barulah jelas bagi mereka bahwa Elohim telah membuka jalan penginjilan ke bangsa lain.

Seringkali Elohim ingin bekerja melalui kita tetapi terhalang oleh hati nurani kita, maka kita harus ingat bahwa jalan Tuhan itu selalu berbalikan dengan jalan manusia. Maka ketika kita mendengar Roh Kudus berbicara, janganlah heran jika apa yang dikatakan-Nya berbeda 180 derajat dengan apa yang kita yakini.

----------------------------------------------------------

Bab 6  Rindu Kepada Tempat Kediaman Allah

Perkara-perkara rohani tidak pernah bisa diciptakan, tidak pernah bisa direkayasa, tidak pernah bisa didesign atau dibuat polanya menurut kemauan kita sendiri. Segala perkara rohani harus dilahirkan oleh gereja. Ingat, kita menjadi orang percaya, bukan karena rekayasa manusia, tetapi oleh karena kita mengalami kelahiran baru.

Hubungan intim kita dengan Tuhan secara langsung, akan memampukan roh kita untuk menangkap apa yang ada dalam kandungan hati Bapa di Sorga. Ketika kita sanggup menangkap apa yang Bapa berikan, roh kita akan mengandung sesuatu yang berasal dari hati Tuhan, dan pada waktunya akan melahirkan perkara-perkara rohani dari Dia, dan ketika melahirkan perkara-perkara rohani seperti itu, itulah hal-hal yang sanggup merubah kehidupan kita dan sekitar kita.

Gereja yang menjerit kepada Elohim yang hidup akan memiliki hubungan yang intim dengan Elohim, dan pada akhirnya akan membuahkan perkara-perkara rohani yang besar dalam pelayanannya.

----------------------------------------------------------

Bab 7 Menantikan Waktu Tuhan

Seringkali ketika Tuhan meminta kita menunggu, kita tidak dapat menunggu sampai waktu-Nya tiba. Selalu saja kita mencoba "membantu" Tuhan dan pada akhirnya itu malah membuat kekacauan di kemudian hari. Banyak contoh di kitab suci untuk hal ini:
- Sara yang mencoba "membantu" Abraham dengan memberikan Hagar dan akhirnya menimbulkan peperangan antara keturunan Ismael anak Hagar dan Ishak anak Sara sampai pada hari ini padahal kedua-duanya adalah anak Abraham.
- Para rasul yang diperintahkan oleh Tuhan untuk menunggu sampai Roh Kudus turun atas mereka, mengambil inisiatif sendiri untuk memilih pengganti Yudas Iskariot. Meskipun mereka berdoa terlebih dahulu, tetapi cara mereka memilih adalah dengan membuang undi dan akhirnya terpilihlah Matias. Tentunya hal ini tidaklah benar, karena yang seharusnya terhitung dalam bilangan rasul adalah Paulus yang muncul sekian tahun kemudian. Coba perhatikan apa yang terjadi dengan Matias. Namanya hanya muncul sekali dalam seluruh kitab suci dan menghilang. Sedangkan Paulus yang muncul sekian tahun setelahnya, sebagian besar perjanjian baru adalah berisi surat-surat Paulus.

Kita harus bisa menyelami hati Tuhan, karena Dia punya kehendak, Dia punya keinginan, Dia tahu apa yang terbaik bagi kita. Tetapi seringkali karena ketidaksabaran, kita tetap ngotot dengan kehendak dan keinginan sendiri, dan kita paksa Dia memberi apa yang kita minta, maka seringkali akan Dia beri, namun kita harus menanggung sendiri akibatnya. Meskipun lama dalam penantian, kita harus mengikutsertakan Roh Kudus dalam hidup kita, dan belajar sabar menunggu waktu-Nya.

----------------------------------------------------------

Bab 8 Orang Ibrani Dipisahkan Bagi Tuhan

Yang pertama sekali disebut sebagai orang Ibrani adalah Abram (sebelum namanya diganti menjadi Abraham) dalam Kejadian 14:13. Apa arti kata Ibrani? Artinya adalah "stranger" atau orang asing. Bahkan sampai sekarang bahasa yang digunakan orang Yahudi di Israel disebut bahasa Hebrews atau bahasa Ibrani.

Kita orang percaya sering disebut sebagai Israel rohani, atau bisa dikatakan Ibrani rohani, karena bagaimanapun panggilan Tuhan bagi kita adalah menjadi orang Ibrani, orang asing terhadap dunia ini.

Setidaknya ada empat kali Abram mengalami pemisahan oleh Tuhan:
1. Dari negeri dan dari sanak saudaranya atau lebih tepatnya dari Terah, ayahnya (Kisah Para Rasul 7:1-3), Stefanus membuka pewahyuan ini dengan mengatakan "Ketika Abram atau Abraham masih di Ur Kasdim, Elohim berkata kepadanya untuk keluar ke tanah Perjanjian. Tapi di Kejadian 11:31-32, yang membawa Abram keluar dari Ur-Kasdim adalah Terah, bapaknya. Apa yang terjadi? Bukannya pergi ke tanah Kanaan, perjalanan Abram berhenti di kota Haran selama setidak-tidaknya lima belas tahun. Nama Terah sendiri artinya "delay" atau penundaan.
2. Dari Lot (Kejadian 13:1-11). Nama Lot artinya "veil" atau tabir/tirai. Lot ketika disuruh memilih oleh Abraham, dia memilih tempat yang subur dan baik untuk ternaknya. Dan bahkan setelah dia ditawan dan dibebaskan oleh Abraham, dia masih tetap memilih untuk tinggal di Sodom meskipun dia tahu bahwa penduduk kota Sodom adalah orang-orang yang jahat sekali. Sekalipun Lot dihitung sebagai orang benar ketika Sodom dan Gomora ditunggangbalikkan malaikat Tuhan, tetapi tetap saja ketika dia akan meninggalkan kota terkutuk itu, dia masih saja berlambat-lambat karena tidak rela meninggalkan segala sesuatu yang telah dia miliki di kota itu. Apa yang dilakukan oleh Lot ini adalah seperti apa yang dilakukan oleh orang yang telah buta matanya karena harta. Matanya seperti tertutup oleh tabir yang membuatnya tidak bisa berpikir dengan akal sehat.
3. Dari Hagar dan Ismael (Kejadian 21:1-12). Sebagaimana yang kita ketahui, Ismael lahir karena Sarai mencoba "membantu" Tuhan, tetapi hasil akhirnya adalah setelah Ishak lahir, Hagar dan Ismael harus diusir dan keturunan kedua anak Abraham ini saling berseteru sampai dengan hari ini. Pelajaran yang dapat diambil adalah bahwa semua upaya orang percaya untuk membantu Tuhan adalah daging. Semua yang bukan berasal dari Elohim adalah pekerjaan daging. Tuhan tidak pernah mengharapkan kekuatan manusia kita. Justru Dia ingin agar kita hanya bergantung pada-Nya bukan dari kekuatan kita. Perhatikan, Tuhan tidak perlu kita bantu.
4. Dari Ishak (Kejadian 22:1-2). Pemisahan dari Ishak adalah untuk pemisahan hubungan keterikatan batin secara manusiawi. Sehingga dengan demikian Abraham benar-benar menjadi seorang asing di bumi, tidak ada satu hal pun dari dunia ini yang melekat di hatinya bahkan anaknya sendiri. Hatinya melekat kepada Tuhan bukan kepada suatu apapun yang ada di dalam dunia ini. Inilah yang diharapkan dari setiap orang percaya. Menjadi orang asing bagi dunia ini dan menghilangkan segala keterikatan dengan dunia ini.

Dari empat kali proses pemisahan ini, ternyata setiap kali Elohim langsung memberikan sebuah janji tentang berkat kepada Abraham:
1. Kejadian 12:1-2, Elohim berjanji akan membuat Abram menjadi bangsa yang besar, dan memberkati Abram, serta membuat namanya masyhur dan membuat Abram menjadi berkat.
2. Kejadian 13:14-17, negeri dijanjikan bagi Abram dan keturunannya untuk selama-lamanya.
3. Kejadian 21:8-13, keturunan Ismael dijanjikan akan menjadi suatu bangsa, karena ia pun anak Abraham.
4. Kejadian 22:15-18, Elohim berjanji akan memberkati Abraham berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit, dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunannya akan menduduki kota-kota musuhnya dan oleh keturunannya semua bangsa di bumi akan mendapat berkat karena Abraham mendengarkan firman-Nya.

----------------------------------------------------------

Bab 9 Musa dan Tongkat Elohim

Ketika Musa bertemu dengan Elohim di gunung Horeb dalam bentuk nyala api di tengah-tengah semak belukar, Elohim menjelaskan secara singkat kepada Musa rencana-Nya untuk menyelamatkan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Tetapi ketika Musa menolak untuk pertama kalinya, maka Elohim bertanya kepada Musa, "Apakah yang di tanganmu itu?" kata tangan yang dipakai di ayat ini adalah "yath" yang berarti tangan yang mempunyai dominion, kekuasaan atau kekuatan. Mengapa Tuhan bertanya? Sesungguhnya Dia ingin berkata, "Musa, ditanganmu ada dominion, kekuatan." Musa kemudian menjawab: "Tongkat, Tuhan" Jikalau tangan kita masih mempunyai dominion, kekuatan, tangan kita tidak akan pernah bisa memegang tongkat Tuhan, karena tangan kita hanya akan memegang tongkat kita sendiri. Musa memang telah keluar dari Mesir selama 40 tahun, tetapi Tuhan ingin mengatakan bahwa Musa masih belum melepaskan Mesir dari dirinya.

Kemudian Elohim menyuruh Musa melempar tongkat itu yang kemudian berubah menjadi ular. Yang aneh adalah untuk menangkap ular itu, Elohim menyuruh Musa untuk memegang ekornya, padahal cara menangkap ular adalah memegang kepalanya. Musa taat dan mengulurkan tangannya. Kata tangan yang dipakai disini adalah "kaph" yang berarti tangan yang kosong, tangan yang tidak memiliki dominion lagi.
Ketika Musa memegang ekor ular tersebut, ular itu berubah menjadi tongkat. Tetapi ini bukan lagi tongkat yang Musa pegang di awalnya, karena telah berubah menjadi tongkat Elohim.(Keluaran 4:20)

Pelajaran apa yang dapat kita ambil?
- Setiap orang percaya yang mencoba dengan kekuatannya sendiri mengerjakan pekerjaan Tuhan, menyelesaikan sesuatu dengan dominion manusianya, dia akan terbentur dengan banyak hal, yang akhirnya akan membayarnya dengan hidupnya. Sama seperti Musa yang telah mencoba melakukan kebaikan bagi bangsa Israel dengan membunuh seorang Mesir pada saat usianya 40 tahun, dan selama 40 tahun berikutnya dia tidak melakukan apapun selain menggembalakan kambing domba.
- Semua yang kita kerjakan dengan kehendak dan kekuatan sendiri, maka segala sesuatunya harus diusahakan sendiri juga, tetapi kalau dengan kehendak Tuhan, Dia akan menyediakan. Musa dalam usianya yang 40 tahun membunuh orang Mesir dengan tenaganya sendiri dan akhirnya dia harus lari karena ketahuan. Tetapi ketika dia kembali ke Mesir setelah disertai Tuhan, maka Tuhanlah yang mendukung Musa lewat sepuluh tulah untuk membawa bangsa Israel keluar dari Mesir, dan Tuhan jugalah yang menyediakan segala makanan dan minuman bangsa Israel selama perjalanan di padang gurun.

Doa Elia ketika dia harus melawan 450 nabi Baal terdiri dari dua bagian (1 Raja-raja 18:36).
Bagian pertama adalah "Ya, YAHWEH, Elohim Abraham, Ishak dan Israel, biarlah diketahui hari ini bahwa Engkaulah Elohim di Israel dan aku ini hamba-Mu dan oleh firman-Mulah aku telah melakukan segala sesuatu"
Perhatikan bahwa Elia mencari pengakuan untuk dirinya sendiri di bagian pertama ini. Dan apa akibatnya?

Bagian kedua dari doanya adalah "Jawablah aku, ya YAHWEH, jawablah aku supaya rakyat ini mengetahui bahwa Engkaulah YAHWEH, Elohim, dan Engkaulah yang membalikkan hati mereka kembali."
Perhatikan, Elia memohon agar Elohim menjawabnya sebanyak dua kali. Sepertinya doanya yang di bagian pertama tidak langsung dijawab sehingga dia merubah doanya dengan lebih sungguh-sungguh karena menyadari kesalahannya.

Apa yang terjadi kemudian? Api Elohim turun dan menyambar persembahan Elia.

Pelajaran apa yang dapat kita ambil?
- Setiap doa dan pelayanan yang bertujuan: Supaya diketahui orang bahwa aku ini hamba-Mu, tidak akan pernah menghasilkan apa-apa. Semua doa dan pelayanan yang berpusat untuk kepentingan dan keuntungan pribadi, agar orang lain tahu, tidak akan pernah menghasilkan apa-apa.
- Ketika kita mengosongkan tangan kita (yath) yang berisi dominion sehingga menjadi kaph (tangan kosong), maka yang akan disediakan dalam hidup dan pelayanan kita adalah tongkat Tuhan yang akan kita pegang, dan tongkat inilah yang akan menghasilkan mujizat demi mujizat bagi kemuliaan Tuhan.

Sekian artikel kali ini. Semoga bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Karena artikel ini hanya berisi inti dari buku kumpulan kotbah dengan ditambah sedikit penjelasan dari penulis, maka jika ada yang merasa kurang memahami dapat membaca sendiri bukunya. (gambar covernya di bawah)




sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar