Artikel kali ini membahas buku
kumpulan kotbah pdt. Petrus Agung Purnomo (alm.) volume 1 yang berjudul
Disusutkan. Adapun artikel ini merupakan inti dari buku tersebut dan dijelaskan
dengan beberapa tambahan dari penulis.
Apa itu disusutkan? Yahshua
pernah mengajar tentang kain yang baru yang belum susut akan merobek kain yang
lama, dan kantung anggur yang lama tidak dapat diisi dengan anggur yang baru
karena kantung itu akan koyak.(Matius 9:16-17, Markus 2:21)
Sebelum masuk ke dalam
pembahasan mengenai buku kumpulan kotbah ini, penulis akan menjelaskan apa yang
dimaksud dengan kain baru yang akan merobek kain yang lama.
Ketika suatu kain selesai
dibuat, seharusnyalah kain itu direndam terlebih dahulu (mungkin bisa satu kali
atau lebih) dengan tujuan apa? Agar kain tersebut menjadi susut sampai dia
tidak menyusut lagi.
Dengan demikian ketika dibuat
menjadi baju atau apapun, barang hasil kain tersebut tidak akan susut ketika
dicuci. Itulah sebabnya dikatakan bahwa kain yang baru yang belum susut jika
dipakai untuk menambal kain yang lama, ketika dicuci maka kain yang baru akan
menyusut dan menarik sambungan dengan kain lama sampai robek.
Kemudian bagaimana dengan
anggur yang baru tidak dapat diisi ke dalam kantung anggur yang lama?
Kantung anggur pada masa itu
terbuat dari kulit binatang dan kantung anggur yang lama memiliki sisa-sisa
fermentasi dari anggur yang selama ini disimpan di dalam. Maka jika dimasukkan
anggur yang baru yang masih akan mengalami fermentasi, proses fermentasi
tersebut akan menghasilkan gas yang akan menekan kantung tersebut. Jika kantung
tersebut cukup lama, tentunya kantung tersebut mungkin sudah cukup lapuk dan
akibatnya akan koyak oleh karena tekanan gas dari anggur baru tersebut.
Baiklah penjelasan singkatnya
sampai disana, maka kita mulai pembahasan bukunya:
Bab 1. Disusutkan Sebelum
Ditambalkan
Apa maksudnya disusutkan?
Disusutkan adalah ketika Tuhan
memproses hidup kita sampai kita menjadi seperti tulang kering, tinggal
tulangnya, daging dan kulit sudah habis semua. Berarti kita akan mengalami
segala kesulitan yang luar biasa berat sampai di titik kita benar-benar
"tidak bisa disusutkan lagi". Tentunya ketika kita bersama Tuhan, Dia
akan memberi kita kekuatan untuk menanggung segala kesulitan yang akan diberikan-Nya.
Mengapa kita harus disusutkan?
Supaya kita dapat digunakan
untuk menambal kehidupan orang lain seperti kain yang menambal kain yang koyak.
Loh, mengapa tidak digunakan
sebelum susut? Memangnya apa bedanya sebelum dan sesudah susut?
Kita ambil contoh sederhana.
Jika kita belum memiliki anak lalu kita melayani di bidang FLC (Family Life
Counseling) dan orang yang datang kepada kita untuk konseling adalah mereka
yang memiliki anak-anak bermasalah mungkin narkoba, masuk penjara karena segala
macam perbuatan kriminal, anak laki-laki yang menghamili anak perempuan orang
lain, dll dsb. Bagaimana kita akan memberikan konseling kepada orang ini
padahal kita tidak pernah mengalami hal tersebut? Penulis dapat menjamin semua
nasehat yang dapat kita berikan hanyalah berasal dari apa yang dapat kita pikirkan
ataupun jika kita pernah mendengar nasehat dari orang yang pernah mengalami hal
tersebut, tapi kita tidak dapat merasakan apa yang dirasakan orang yang datang
untuk konseling tersebut. Sehingga apa yang kita berikan pada umumnya tidak
akan banyak membantu orang tersebut.
Jika nasehatnya tidak membantu,
mungkin masih lumayan. Tetapi jika nasehatnya itu menjadi satu batu sandungan?
Misalnya nasehat yang kita berikan adalah nasehat yang bersifat penghakiman,
"Oh, kamu mengalami hal tersebut karena kamu telah berbuat dosa. Kamu
harus bertobat dan minta ampun kepada Tuhan". Seringkali orang-orang yang
terlibat di dalam pelayanan (terutama doa) merasa mereka "berhak"
memberikan penghakiman seperti ini. Padahal nasehat seperti ini umumnya hanya
berasal dari mulut orang-orang yang belum dewasa secara rohani. Bahkan belum
mencapai "remaja".
Jika keadaan orang tersebut
diibaratkan kain lama yang telah robek oleh masalah berat, bukankah nasehat
seperti itu adalah kain baru yang susut dan membuat robekan kain tersebut
semakin besar?
Dan yang paling parahnya adalah
mungkin karena kita tidak mempunyai referensi, biasanya kita akan membawa
masalah ini bisa saja ke rekan sesama pelayan FLC, atau ke pendeta gereja.
Sadarkah kita sekalipun
alasannya adalah untuk kebaikan, hal itu sudah termasuk bergunjing/bergosip?
Apakah kita dapat menjamin,
bahwa siapapun yang kepadanya kita menceritakan kisah dari orang yang memerlukan
konseling tersebut, dia tidak akan menceritakannya lagi kepada orang lain? Dan
orang lain tersebut tidak akan menceritakan kepada orang lain lagi? Dan
seterusnya?
Segala alasan mungkin dapat
dipikirkan untuk membenarkan apa yang kita perbuat tersebut, tetapi ketahuilah,
ITU ADALAH BERGOSIP. Ada tidak dosanya? Ketika kita bergosip, SELALU ada bumbu tambahan
dan semakin banyak orang yang ikut bergosip, semakin kaya bumbu yang ada. Berarti
disana ada dosa KEBOHONGAN. Dan berdasarkan 2 Korintus 12:20(ILT) dapat
disimpulkan bahwa gosip itu bukanlah hal yang baik untuk dilakukan.
Nah... apa yang terjadi jika
orang yang datang konseling itu menemui orang yang pernah mengalami hal yang
sama seperti apa yang dia alami? Tentunya dia mendapatkan apa yang dia
butuhkan. Apakah itu dukungan moral, doa, dan kata-kata nasehat yang berasal
dari orang yang jelas mengerti keadaan jiwanya.
Pertanyaan yang paling penting
adalah maukah kita mengalami hal yang sama dengan orang tersebut?
Agar dengan demikian kita dapat
menjadi selembar kain untuk menambal bagian yang telah koyak pada hidup orang
tersebut? Ouuu, gak enak bo... tapi jika itu yang Tuhan inginkan, supaya kita
dapat melayani mereka, bagaimana? Akankah kita menolak?
Apa-apa saja yang disusutkan
dari kita?
Biasanya yang paling pertama
adalah harga diri. Karena harga diri dan kesombongan kitalah yang paling sering
menghalangi kita untuk dapat menjadi berkat bagi orang lain. Misalnya mungkin
kita diberi dorongan oleh Roh Kudus untuk mau melayani, tapi karena gengsi maka
kita tidak mau. Dan karena harga diri itu jugalah, maka seribu satu alasan
dapat kita pikirkan untuk membenarkan perbuatan yang kita lakukan. Tapi tetap
saja itu hanya A-L-A-S-A-N.
Apa ciri-ciri orang yang sudah
selesai disusutkan?
1 Korintus 13:4-7 mencatat
tentang ciri-ciri kasih. Salah satunya adalah bahwa kasih menutupi segala sesuatu,
percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala
sesuatu.
Dikatakan bahwa kasih menutupi
segala sesuatu, seperti kain yang ditambalkan kepada kain yang koyak. Maka
kuncinya adalah
K-A-S-I-H
Kasih yang kita miliki jika
kita telah selesai disusutkan akan membuat pelayanan kita menjadi seperti kain
yang dapat menutupi koyaknya hati orang lain, dan ditutup dengan pas sehingga
tidak membuat koyakannya semakin lebar. Orang yang telah selesai disusutkan mungkin
bukan mereka yang sekali berdoa dan tumpang tangan langsung membuat 10 ribu
orang rebah, mungkin bukan orang yang sekali berkotbah langsung membuat 10 ribu
orang bertobat dan memberi diri dibaptis, mungkin juga bukan orang yang hafal
isi kitab suci dari kitab Kejadian sampai Wahyu bahkan dalam beberapa bahasa, sehingga
tahu segala jenis penafsiran dan arti sebenarnya. Dan tentu saja tidak
bergantung dari berapa lama orang tersebut telah menjadi seorang kristen.
Sampai 100 tahun pun sekalipun seseorang menjadi orang percaya, belum tentu dia
memiliki kasih yang dimiliki oleh mereka yang telah disusutkan.
Baiklah, saya mau disusutkan
tapi adakah cara mempercepat prosesnya?
Ada, yaitu dengan pengucapan
syukur yang sungguh-sungguh bukan hanya di mulut, tetapi dari hati.
Jika kita menggerutu atau
marah-marah, maka sama seperti Israel di padang gurun selama 40 tahun, Tuhan
juga akan berkata : "Kainnya masih belum susut, kalau gitu rendam lagi di
air sampai susut" Tadinya harusnya cuma satu malam, sekarang ditambah jadi
2 malam, dst.
----------------------------------------------------------
Bab 2 Membuka Tanah Baru (1)
Yeremia 4:3 menuliskan Tuhan berfirman
kepada orang Yehuda dan penduduk Yerusalem untuk membuka tanah baru dan
janganlah menabur di tempat duri tumbuh
Dalam terjemahan bahasa
Inggris, bukanlah disebut tanah baru melainkan "fallow ground".
Apa itu "fallow
ground"?
Fallow ground adalah tanah yang
sudah menjadi keras karena lama tidak digarap sehingga penuh dengan tanaman
liar, dan benih sebaik apapun yang ditaburkan diatas tanah itu tidak akan
tumbuh dengan baik, dan akhirnya akan mati tercekik oleh semak duri diatasnya.
Mengapa fallow ground bisa
terbentuk?
Ada dua hal yang dapat
menyebabkan terjadinya fallow ground:
1. Tanah tersebut ditinggalkan
lama tidak digarap.
2. Pada tahun sabat (tahun
ketujuh), tanah tersebut tidak boleh digarap selama setahun. Maka selama
setahun semak duri akan tumbuh, sehingga setelah tahun sabat selesai, tanah
tersebut sudah menjadi fallow ground.
Untuk mengolah fallow ground,
tidak boleh langsung membajak atau membongkar tanah tersebut, karena tanah
tersebut akan hancur menjadi seperti pasir dan demikian berkurang kesuburannya.
Fallow ground tersebut harus
terlebih dahulu dibasahi dengan hujan awal musim untuk membuatnya menjadi
lunak, barulah kemudian boleh dibajak, kemudian segala semak duri yang telah
tumbuh diatasnya haruslah dicabut seakar-akarnya dan pada akhirnya dibakar
sehingga benih yang ditabur ketika tumbuh tidak akan mati dicekik oleh semak
duri tersebut.
Apa yang terjadi ketika
dibajak?
Tanah yang dibajak itu
dibongkar habis-habisan, yang tadinya dibawah bisa jadi diatas, dan yang tadinya
di permukaan bisa jadi masuk ke dalam tanah. Atau bisa juga yang di permukaan
tetap di permukaan tetapi dihancurkan, yang didalam tanah tetap berada di dalam
tanah dan dilembutkan.
Setelah selesai dibajak,
barulah benih yang baik dapat ditaburkan sehingga dapat tumbuh dengan baik.
Proses untuk membuat tanah
menjadi subur dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Menantikan pencurahan hujan
atas tanah itu, dan mengolahnya dengan mata bajak.
2. Tingkat kesuburannya
bergantung pada iklim dan atmosfir yang ada.
Laluuuuu bagaimana hubungannya
dengan gereja dan orang percaya?
Sebagian besar gereja maupun
orang percaya memiliki hati yang merupakan fallow ground.
Bagaimana cara mengetahui
apakah hati kita fallow ground atau tanah yang baik?
Adakah kekuatiran, harta
kekayaan, dan kenikmatan hidup menguasai kita? Jika ya, maka hati kita masih
fallow ground.
Jika demikian, apakah kita mau
mengizinkan Tuhan membongkar hati kita untuk menjadikannya tanah yang baik? Gak
enak bo...ketika Tuhan mulai membajak hati kita, yaaa seperti bab 1 diatas : DISUSUTKAN.
Tetapi ini adalah untuk membuat kita semakin berkenan kepadanya dan dengan
demikian pelayanan kita akan menjadi berkenan dimata-Nya dan berguna bagi Dia.
Setelah dibajak, apalagi yang
harus kita lakukan?
Kita harus menjaga tingkat
kesuburan tanah tersebut, dengan cara bagaimana? Menjaga hati kita agar bisa
mengundang hadirat-Nya dalam hidup kita. Lebih spesifik?
Bacalah : Satu Jam Lebih DekatDengan Tuhan
Juga, kita harus menjaga dengan
siapa saja kita bergaul karena pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang
baik (1 Korintus 15:33). Jika kita salah bergaul, akibatnya tidak ringan, iman
kita bisa merosot terus-menerus dan bahkan mati bukannya bertumbuh.
----------------------------------------------------------
Bab 3 Membuka Tanah Baru (2)
Di atas telah dijabarkan
bagaimana membuka fallow ground dan menjaga kesuburannya.
Maka setelah benih ditabur di
tanah yang baik yaitu hati kita, pertumbuhan benih itu adalah dari dalam tanah
ke permukaan, dari dalam hati kita keluar. Kebiasaan bertani di Israel adalah
menuai gandum di akhir musim dingin, sedangkan awal pertumbuhan gandum tersebut
adalah pada awal musim dingin, sehingga gandum tersebut tumbuh menembus
kebekuan yang ada. Maka sama seperti itu pertumbuhan benih di dalam hati kita
juga diharapkan sanggup menembus segala kebekuan yang ada.
Bagaimana caranya menumbuhkan
benih tersebut dan menembus kebekuan yang ada? Mempunyai hidup dan pelayanan
yang berhasil dengan catatan ukuran keberhasilan itu adalah dikenan oleh Tuhan
dan berdampak bagi sekitar kita(menembus kebekuan disekitarnya)?
Caranya adalah dengan membangun
keintiman dengan Tuhan. Keintiman yang dimaksud adalah persekutuan setiap hari
dengan Tuhan minimal satu jam. Karena dengan begitu barulah kita dapat mengenal
Tuhan kita secara pribadi. Sehingga Roh Kudus bukanlah lagi sesuatu yang tidak
jelas bagi kita, bukanlah lagi suatu manifestasi hadirat, tetapi kita akan mengetahui(BUKAN
HANYA PERCAYA) bahwa DIA adalah pribadi yang berbeda dari Bapa, berbeda dari
Tuhan Yahshua, yang memiliki perasaan, kehendak dan selera. Dan apa yang lebih
penting dari itu? Kita akan semakin peka terhadap tuntunan Roh Kudus. Kalau
pelayanan dan hidup kita berjalan menurut kehendak-Nya seperti apa yang Dia
tuntun, maka roh kita akan seperti mata air yang memancarkan sungai-sungai air
kehidupan. Dengan demikian kita dapat menjadi berkat bagi sekitar kita.
Adakah cara lain untuk
menumbuhkan benih selain bersekutu intim dengan Tuhan? Satu jam itu cukup lama...sudah
bosan dan tidak sabar duluan.
Jawabnya tidak ada. Kekristenan
bukanlah sekedar pergi ke gereja setiap minggu (meskipun ini juga wajib), bukan
sekedar melayani di gereja, bukan sekedar memberi persembahan yang besar,
tetapi yang jauh lebih penting dari itu adalah mengikut Kristus, menjadi
murid-Nya, bukan menjadi pendengar firman saja, tetapi menjadi PELAKU firman.
Jika bagi kita satu jam itu cukup lama dan membosankan, itu karena kita baru
memulainya. Jika kita sudah mengenal Tuhan lebih dalam dan lebih dalam lagi,
satu jam itu terasa terlalu singkat dan malah kita akan menambah jamnya sendiri
dari satu menjadi dua jam, dari dua menjadi tiga atau mungkin empat jam.
----------------------------------------------------------
Bab 4 Keseimbangan Dalam
Kehidupan Rohani
Banyak orang yang melayani
Tuhan dalam suatu area pelayanan misalnya konseling, ketika memberikan nasehat
kepada orang lain, nasehatnya itu sangat tepat dan berguna bagi mereka yang memerlukan
pelayanan tersebut. Tetapi orang-orang ini ketika diizinkan Tuhan untuk
mengalami suatu masalah hidup, lucunya mereka tidak punya pemecahan atas
masalahnya. Seakan-akan ketika mereka melayani, semua nasehat mereka itu adalah
dari Tuhan, karena mereka peka terhadap suara Tuhan. Tetapi begitu dirinya
sendiri mengalami masalah, suara Tuhan seakan-akan menghilang. Tidak ada
tuntunan Roh Kudus, semuanya seakan-akan tidak ada jalan keluar.
Apa yang sebenarnya sedang terjadi?
Bagi orang-orang yang suka
menghakimi (tidak dewasa secara rohani), maka mereka akan beranggapan bahwa
orang-orang yang mengalami situasi ini adalah orang-orang munafik. Dan biasanya
mereka akan kecewa terhadap orang-orang tersebut.
Tetapi sebenarnya bukan hal itu
yang sedang terjadi. Ketika pdt. Petrus Agung Purnomo bertanya kepada Roh Kudus
mengapa hal ini bisa terjadi, Roh Kudus menjawab: "Sesungguhnya
anak-anak-Ku itu sedang beroperasi dalam area yang dinamakan gift atau karunia,
dan sifat
utama dari karunia adalah untuk orang lain." Namanya karunia atau
pemberian, jadi sifatnya selalu memberikan kepada orang lain, tidak pernah
untuk diri sendiri. Jadi orang yang menerima karunia itu sebenarnya dipakai
Tuhan untuk memberikan sesuatu kepada orang lain yang membutuhkan lewat
dirinya.
Masalahnya adalah orang
tersebut mempunyai karunia dan bergerak dalam area karunianya, tetapi dia sendiri
tidak punya hubungan pribadi yang kuat dengan Tuhan. Ini yang menyebabkan dia
tidak dapat mendengar suara Tuhan ketika dirinya sendiri terkena masalah.
Saluran ke Tuhan untuk dirinya sendiri tidak ada, tetapi yang dimilikinya
adalah saluran Tuhan ke orang lain MELALUI dirinya. Itulah sifat karunia, yaitu
memberi, memberi, dan terus memberi.
Bahaya-bahaya pada kasus
seperti ini:
1. Orang dengan karunia tapi
tidak intim dengan Tuhan akan keropos/rapuh di dalam. Nampaknya sangat tepat
dan sangat peka terhadap suara Tuhan, sehingga orang-orang sering akan
bergantung padanya dan memberinya beban hidup yang lebih daripada yang dapat
ditanggung rohnya. Apabila masalah datang atas hidupnya, maka dia akan goyah
dan tiba-tiba roboh karena tidak sanggup lagi menahan semua beban tersebut.
2. Orang yang hanya bergerak
dalam area karunia selalu terbiasa berhubungan dengan kepentingan orang lain,
padahal yang paling utama dalam hidup kita adalah hubungan pribadi
masing-masing dengan Tuhan. Kebiasaan berhubungan dengan orang lain ini dapat
menyebabkan kita menjadi mempunyai perasaan tidak bersalah dan menjadi bebal di
hadapan Tuhan. Belum lagi jika semua orang berharap kepada orang tersebut untuk
pertolongan, nasehat dan lainnya, bukankah dia sedang membawa semua orang untuk
menjauh dari Tuhan dan mendekat kepada dirinya? Itu dosa yang akibatnya lebih
parah.
Dalam Matius 7:21-23,
orang-orang seperti ini pada akhirnya ditolak oleh Tuhan pada hari terakhir dan
mereka akan disebut sebagai pembuat kejahatan.
Jangan hanya bergerak dalam
area karunia saja, tetapi kita harus belajar mengenal Dia secara pribadi dan
mengenal kehendak-Nya.
----------------------------------------------------------
Bab 5 Hati Nurani Yang Murni
Seringkali kita salah
mendengar, apa yang seharusnya suara hati nurani, kita anggap adalah suara Roh Kudus.
Hati nurani kita sudah tercemar oleh pengalaman dan pengajaran yang kita terima
dari sejak masa lampau. Dan ini menyebabkan ketika Roh Kudus berbicara, sering
kita menganggapnya salah dengar jika tidak sesuai dengan apa yang kita percayai
atau suara hati nurani kita.
Contoh paling sederhana adalah
ketika Petrus pergi ke rumah Kornelius. Sebelum utusan Kornelius datang kepada
Petrus, dia sudah menerima penglihatan terlebih dahulu dalam bentuk segala
macam binatang yang tidak halal, dan ada suara yang mengatakan untuk memakannya.
Tetapi karena Petrus memiliki hati nurani yang mengacu pada taurat orang
Yahudi, maka dia menolak untuk memakannya. Tetapi suara itu mengatakan: "Apa
yang Elohim tahirkan, janganlah engkau cemarkan!"(ILT) Hal itu terulang
sampai tiga kali, barulah setelahnya utusan Kornelius sampai kepada Petrus. Dan
barulah saat itu Petrus mengerti bahwa yang dimaksud dengan binatang yang tidak
halal itu adalah bangsa-bangsa lain di luar bangsa Yahudi. Apa yang terjadi
jika Petrus tidak mengalami penglihatan itu? Tentu saja dia tidak akan pergi ke
rumah Kornelius. Oleh sebab apa? Karena hati nuraninya yang masih mengacu pada taurat
orang Yahudi, bahwa orang Yahudi tidak boleh masuk ke dalam rumah bangsa kafir.
Dan oleh karena baptisan Kornelius jugalah maka Petrus ketika kembali ke
Yerusalem dihakimi oleh orang percaya dari bangsa Yahudi karena hati nurani
mereka juga masih mengacu pada taurat sehingga mereka menganggap Petrus telah
melakukan kesalahan yang berat. Ketika Petrus menjelaskan semuanya, barulah
jelas bagi mereka bahwa Elohim telah membuka jalan penginjilan ke bangsa lain.
Seringkali Elohim ingin bekerja
melalui kita tetapi terhalang oleh hati nurani kita, maka kita harus ingat
bahwa jalan Tuhan itu selalu berbalikan dengan jalan manusia. Maka ketika kita
mendengar Roh Kudus berbicara, janganlah heran jika apa yang dikatakan-Nya
berbeda 180 derajat dengan apa yang kita yakini.
----------------------------------------------------------
Bab 6 Rindu Kepada Tempat Kediaman Allah
Perkara-perkara rohani tidak
pernah bisa diciptakan, tidak pernah bisa direkayasa, tidak pernah bisa didesign
atau dibuat polanya menurut kemauan kita sendiri. Segala perkara rohani harus dilahirkan
oleh gereja. Ingat, kita menjadi orang percaya, bukan karena rekayasa manusia,
tetapi oleh karena kita mengalami kelahiran baru.
Hubungan intim kita dengan
Tuhan secara langsung, akan memampukan roh kita untuk menangkap apa yang ada
dalam kandungan hati Bapa di Sorga. Ketika kita sanggup menangkap apa yang Bapa
berikan, roh kita akan mengandung sesuatu yang berasal dari hati Tuhan, dan
pada waktunya akan melahirkan perkara-perkara rohani dari Dia, dan ketika
melahirkan perkara-perkara rohani seperti itu, itulah hal-hal yang sanggup
merubah kehidupan kita dan sekitar kita.
Gereja yang menjerit kepada
Elohim yang hidup akan memiliki hubungan yang intim dengan Elohim, dan pada
akhirnya akan membuahkan perkara-perkara rohani yang besar dalam pelayanannya.
----------------------------------------------------------
Bab 7 Menantikan Waktu Tuhan
Seringkali ketika Tuhan meminta
kita menunggu, kita tidak dapat menunggu sampai waktu-Nya tiba. Selalu saja kita
mencoba "membantu" Tuhan dan pada akhirnya itu malah membuat
kekacauan di kemudian hari. Banyak contoh di kitab suci untuk hal ini:
- Sara yang mencoba
"membantu" Abraham dengan memberikan Hagar dan akhirnya menimbulkan peperangan
antara keturunan Ismael anak Hagar dan Ishak anak Sara sampai pada hari ini
padahal kedua-duanya adalah anak Abraham.
- Para rasul yang diperintahkan
oleh Tuhan untuk menunggu sampai Roh Kudus turun atas mereka, mengambil
inisiatif sendiri untuk memilih pengganti Yudas Iskariot. Meskipun mereka
berdoa terlebih dahulu, tetapi cara mereka memilih adalah dengan membuang undi
dan akhirnya terpilihlah Matias. Tentunya hal ini tidaklah benar, karena yang
seharusnya terhitung dalam bilangan rasul adalah Paulus yang muncul sekian
tahun kemudian. Coba perhatikan apa yang terjadi dengan Matias. Namanya hanya muncul
sekali dalam seluruh kitab suci dan menghilang. Sedangkan Paulus yang muncul
sekian tahun setelahnya, sebagian besar perjanjian baru adalah berisi surat-surat
Paulus.
Kita harus bisa menyelami hati
Tuhan, karena Dia punya kehendak, Dia punya keinginan, Dia tahu apa yang
terbaik bagi kita. Tetapi seringkali karena ketidaksabaran, kita tetap ngotot
dengan kehendak dan keinginan sendiri, dan kita paksa Dia memberi apa yang kita
minta, maka seringkali akan Dia beri, namun kita harus menanggung sendiri
akibatnya. Meskipun lama dalam penantian, kita harus mengikutsertakan Roh Kudus
dalam hidup kita, dan belajar sabar menunggu waktu-Nya.
----------------------------------------------------------
Bab 8 Orang Ibrani Dipisahkan
Bagi Tuhan
Yang pertama sekali disebut
sebagai orang Ibrani adalah Abram (sebelum namanya diganti menjadi Abraham)
dalam Kejadian 14:13. Apa arti kata Ibrani? Artinya adalah "stranger"
atau orang asing. Bahkan sampai sekarang bahasa yang digunakan orang Yahudi di
Israel disebut bahasa Hebrews atau bahasa Ibrani.
Kita orang percaya sering
disebut sebagai Israel rohani, atau bisa dikatakan Ibrani rohani, karena bagaimanapun
panggilan Tuhan bagi kita adalah menjadi orang Ibrani, orang asing terhadap
dunia ini.
Setidaknya ada empat kali Abram
mengalami pemisahan oleh Tuhan:
1. Dari negeri dan dari sanak
saudaranya atau lebih tepatnya dari Terah, ayahnya (Kisah Para Rasul 7:1-3),
Stefanus membuka pewahyuan ini dengan mengatakan "Ketika Abram atau
Abraham masih di Ur Kasdim, Elohim berkata kepadanya untuk keluar ke tanah
Perjanjian. Tapi di Kejadian 11:31-32, yang membawa Abram keluar dari Ur-Kasdim
adalah Terah, bapaknya. Apa yang terjadi? Bukannya pergi ke tanah Kanaan,
perjalanan Abram berhenti di kota Haran selama setidak-tidaknya lima belas
tahun. Nama Terah sendiri artinya "delay" atau penundaan.
2. Dari Lot (Kejadian 13:1-11).
Nama Lot artinya "veil" atau tabir/tirai. Lot ketika disuruh memilih
oleh Abraham, dia memilih tempat yang subur dan baik untuk ternaknya. Dan
bahkan setelah dia ditawan dan dibebaskan oleh Abraham, dia masih tetap memilih
untuk tinggal di Sodom meskipun dia tahu bahwa penduduk kota Sodom adalah
orang-orang yang jahat sekali. Sekalipun Lot dihitung sebagai orang benar
ketika Sodom dan Gomora ditunggangbalikkan malaikat Tuhan, tetapi tetap saja
ketika dia akan meninggalkan kota terkutuk itu, dia masih saja berlambat-lambat
karena tidak rela meninggalkan segala sesuatu yang telah dia miliki di kota
itu. Apa yang dilakukan oleh Lot ini adalah seperti apa yang dilakukan oleh
orang yang telah buta matanya karena harta. Matanya seperti tertutup oleh tabir
yang membuatnya tidak bisa berpikir dengan akal sehat.
3. Dari Hagar dan Ismael
(Kejadian 21:1-12). Sebagaimana yang kita ketahui, Ismael lahir karena Sarai mencoba
"membantu" Tuhan, tetapi hasil akhirnya adalah setelah Ishak lahir,
Hagar dan Ismael harus diusir dan keturunan kedua anak Abraham ini saling
berseteru sampai dengan hari ini. Pelajaran yang dapat diambil adalah bahwa
semua upaya orang percaya untuk membantu Tuhan adalah daging. Semua yang bukan
berasal dari Elohim adalah pekerjaan daging. Tuhan tidak pernah mengharapkan
kekuatan manusia kita. Justru Dia ingin agar kita hanya bergantung pada-Nya
bukan dari kekuatan kita. Perhatikan,
Tuhan tidak perlu kita bantu.
4. Dari Ishak (Kejadian
22:1-2). Pemisahan dari Ishak adalah untuk pemisahan hubungan keterikatan batin
secara manusiawi. Sehingga dengan demikian Abraham benar-benar menjadi seorang
asing di bumi, tidak ada satu hal pun dari dunia ini yang melekat di hatinya
bahkan anaknya sendiri. Hatinya melekat kepada Tuhan bukan kepada suatu apapun
yang ada di dalam dunia ini. Inilah yang diharapkan dari setiap orang percaya.
Menjadi orang asing bagi dunia ini dan menghilangkan segala keterikatan dengan
dunia ini.
Dari empat kali proses pemisahan
ini, ternyata setiap kali Elohim langsung memberikan sebuah janji tentang
berkat kepada Abraham:
1. Kejadian 12:1-2, Elohim
berjanji akan membuat Abram menjadi bangsa yang besar, dan memberkati Abram,
serta membuat namanya masyhur dan membuat Abram menjadi berkat.
2. Kejadian 13:14-17, negeri
dijanjikan bagi Abram dan keturunannya untuk selama-lamanya.
3. Kejadian 21:8-13, keturunan
Ismael dijanjikan akan menjadi suatu bangsa, karena ia pun anak Abraham.
4. Kejadian 22:15-18, Elohim
berjanji akan memberkati Abraham berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu
sangat banyak seperti bintang di langit, dan seperti pasir di tepi laut, dan
keturunannya akan menduduki kota-kota musuhnya dan oleh keturunannya semua
bangsa di bumi akan mendapat berkat karena Abraham mendengarkan firman-Nya.
----------------------------------------------------------
Bab 9 Musa dan Tongkat Elohim
Ketika Musa bertemu dengan
Elohim di gunung Horeb dalam bentuk nyala api di tengah-tengah semak belukar,
Elohim menjelaskan secara singkat kepada Musa rencana-Nya untuk menyelamatkan
bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Tetapi ketika Musa menolak untuk
pertama kalinya, maka Elohim bertanya kepada Musa, "Apakah yang di
tanganmu itu?" kata tangan yang dipakai di ayat ini adalah "yath"
yang berarti tangan yang mempunyai dominion, kekuasaan atau kekuatan. Mengapa
Tuhan bertanya? Sesungguhnya Dia ingin berkata, "Musa, ditanganmu ada dominion,
kekuatan." Musa kemudian menjawab: "Tongkat, Tuhan" Jikalau
tangan kita masih mempunyai dominion, kekuatan, tangan kita tidak akan pernah
bisa memegang tongkat Tuhan, karena tangan kita hanya akan memegang tongkat kita
sendiri. Musa memang telah keluar dari Mesir selama 40 tahun, tetapi Tuhan
ingin mengatakan bahwa Musa masih belum melepaskan Mesir dari dirinya.
Kemudian Elohim menyuruh Musa
melempar tongkat itu yang kemudian berubah menjadi ular. Yang aneh adalah untuk
menangkap ular itu, Elohim menyuruh Musa untuk memegang ekornya, padahal cara menangkap
ular adalah memegang kepalanya. Musa taat dan mengulurkan tangannya. Kata
tangan yang dipakai disini adalah "kaph" yang berarti tangan yang
kosong, tangan yang tidak memiliki dominion lagi.
Ketika Musa memegang ekor ular
tersebut, ular itu berubah menjadi tongkat. Tetapi ini bukan lagi tongkat yang
Musa pegang di awalnya, karena telah berubah menjadi tongkat Elohim.(Keluaran
4:20)
Pelajaran apa yang dapat kita
ambil?
- Setiap orang percaya yang
mencoba dengan kekuatannya sendiri mengerjakan pekerjaan Tuhan, menyelesaikan
sesuatu dengan dominion manusianya, dia akan terbentur dengan banyak hal, yang akhirnya
akan membayarnya dengan hidupnya. Sama seperti Musa yang telah mencoba
melakukan kebaikan bagi bangsa Israel dengan membunuh seorang Mesir pada saat
usianya 40 tahun, dan selama 40 tahun berikutnya dia tidak melakukan apapun
selain menggembalakan kambing domba.
- Semua yang kita kerjakan
dengan kehendak dan kekuatan sendiri, maka segala sesuatunya harus diusahakan
sendiri juga, tetapi kalau dengan kehendak Tuhan, Dia akan menyediakan. Musa
dalam usianya yang 40 tahun membunuh orang Mesir dengan tenaganya sendiri dan
akhirnya dia harus lari karena ketahuan. Tetapi ketika dia kembali ke Mesir
setelah disertai Tuhan, maka Tuhanlah yang mendukung Musa lewat sepuluh tulah
untuk membawa bangsa Israel keluar dari Mesir, dan Tuhan jugalah yang
menyediakan segala makanan dan minuman bangsa Israel selama perjalanan di
padang gurun.
Doa Elia ketika dia harus
melawan 450 nabi Baal terdiri dari dua bagian (1 Raja-raja 18:36).
Bagian pertama adalah "Ya,
YAHWEH, Elohim Abraham, Ishak dan Israel, biarlah diketahui hari ini bahwa
Engkaulah Elohim di Israel dan aku ini hamba-Mu dan oleh firman-Mulah aku telah
melakukan segala sesuatu"
Perhatikan bahwa Elia mencari
pengakuan untuk dirinya sendiri di bagian pertama ini. Dan apa akibatnya?
Bagian kedua dari doanya adalah
"Jawablah aku, ya YAHWEH, jawablah aku supaya rakyat ini mengetahui bahwa
Engkaulah YAHWEH, Elohim, dan Engkaulah yang membalikkan hati mereka kembali."
Perhatikan, Elia memohon agar
Elohim menjawabnya sebanyak dua kali. Sepertinya doanya yang di bagian pertama
tidak langsung dijawab sehingga dia merubah doanya dengan lebih sungguh-sungguh
karena menyadari kesalahannya.
Apa yang terjadi kemudian? Api
Elohim turun dan menyambar persembahan Elia.
Pelajaran apa yang dapat kita
ambil?
- Setiap doa dan pelayanan yang
bertujuan: Supaya diketahui orang bahwa aku ini hamba-Mu, tidak akan pernah
menghasilkan apa-apa. Semua doa dan pelayanan yang berpusat untuk kepentingan
dan keuntungan pribadi, agar orang lain tahu, tidak akan pernah menghasilkan
apa-apa.
- Ketika kita mengosongkan
tangan kita (yath) yang berisi dominion sehingga menjadi kaph (tangan kosong),
maka yang akan disediakan dalam hidup dan pelayanan kita adalah tongkat Tuhan
yang akan kita pegang, dan tongkat inilah yang akan menghasilkan mujizat demi
mujizat bagi kemuliaan Tuhan.
Sekian artikel kali ini. Semoga
bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Karena artikel ini hanya berisi
inti dari buku kumpulan kotbah dengan ditambah sedikit penjelasan dari penulis,
maka jika ada yang merasa kurang memahami dapat membaca sendiri bukunya.
(gambar covernya di bawah)
sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar