Baiklah, sedikit alasan mengapa
penulis merasa perlu menuliskan artikel ini. Ketika membaca tentang surat-surat
Paulus, penulis menemukan ayat Roma 7:7-10 yang mengatakan justru oleh hukum
Taurat kita mengenal dosa, karena jika hukum Taurat tidak mengatakan
"jangan mengingini", maka kita tidak tahu bahwa hal itu dilarang.
Tetapi akibat kita mengetahui hal itu dilarang, maka dosa mempunyai kesempatan untuk membangkitkan keinginan UNTUK MELANGGAR perintah tersebut. Seperti yang banyak orang katakan, "Peraturan dibuat untuk dilanggar" dan "Semakin dilarang semakin ingin melakukannya".
Tetapi akibat kita mengetahui hal itu dilarang, maka dosa mempunyai kesempatan untuk membangkitkan keinginan UNTUK MELANGGAR perintah tersebut. Seperti yang banyak orang katakan, "Peraturan dibuat untuk dilanggar" dan "Semakin dilarang semakin ingin melakukannya".
TETAPI tanpa hukum Taurat,
sekalipun kita mengingini, kita tidak berdosa.(Roma 5:13)
MENGAPA? Karena tidak ada
peraturannya. Analogi sederhananya adalah jika tidak ada pasal di KUHP yang
mengatur tentang suatu kejahatan misalnya perjudian, maka segala macam bentuk
perjudian apapun yang dilakukan bahkan di depan kantor kepolisian tidak bisa
ditangkap. Mengapa? karena tidak ada peraturannya. Sesederhana itu. Semoga
dapat dipahami.
Tetapi di ayat Roma 10:5
disebutkan bahwa kebenaran karena hukum Taurat adalah orang yang melakukannya
akan hidup karenanya. Juga Roma 7:12 menyebutkan bahwa hukum Taurat adalah
kudus, dan perintah itu juga adalah kudus, benar, dan baik.
Sampai di titik ini, penulis
bingung, jika hukum Taurat itu baik, dan kalau melakukannya dengan
sempurna(tentunya tidak mungkin untuk dapat kita lakukan) maka kita akan hidup
karenanya, mengapa malah hal itu menjadi senjata terampuh dari dosa? Ternyata jawabannya
adalah untuk memperbanyak pelanggaran sehingga kasih karunia menjadi
berlimpah-limpah. (Roma 5:20)
Loh loh loh, apa-apaan ini?
Masa hukum Taurat justru untuk membuat manusia berdosa? Jadi bagaimana
sekarang? Sekarang kita tidak lagi berada di bawah hukum Taurat, tetapi dibawah
kasih karunia.(Roma 6:14) TETAPIIIIIIII, apakah karena itu lalu hukum yang baik
itu tidak kita lakukan? TIDAKLAH MUNGKIN, karena jika demikian berarti kita
akan berdosa, misalnya saja berzina. Lalu kalau berdosa tetapi dibawah kasih
karunia bagaimana dong? Pasti akan ada harga yang harus dibayar, sekalipun
pertobatan kita hanya sejauh berdoa memohon pengampunan dari Tuhan.
Lalu, bagaimana melakukan 10
perintah itu TANPA atau DENGAN MEMPERKECIL/MEMINIMALKAN kesempatan dosa untuk
menggoda kita? Mari kita bahas bersama.
Pertama-tama, marilah kita
urutkan 10 perintah Elohim (ILT) (Keluaran 20:2-17; Ulangan 5:6-21):
1. Jangan ada padamu ilah-ilah
lain di hadapan-Ku.
2. Jangan membuat patung bagimu
yang menyerupai apa pun di langit, di atas, atau apa pun yang ada di bumi, di
bawah, atau yang ada di dalam air, di bawah bumi. Jangan bersujud kepada mereka
dan jangan melayani mereka.
3. Jangan menyebut nama Yahweh,
Elohimmu, untuk kesia-siaan
4. Ingatlah hari Sabat untuk
menguduskannya.
5. Hormatilah ayah dan ibumu
supaya lanjut umurmu di negeri yang Yahweh, Elohimmu berikan kepadamu.
6. Jangan membunuh.
7. Jangan berzina.
8. Jangan mencuri.
9. Jangan mengucapkan kesaksian
dusta terhadap sesamamu.
10. Jangan mengingini rumah
sesamamu; jangan mengingini istri sesamamu, atau segala sesuatu yang menjadi
milik sesamamu.
Yang menjadi masalah utama dari
10 perintah ini adalah perintah nomor 1-3 (yang ini masih mudah karena bisa
dikatakan tidak terlalu kita jumpai setiap hari), kemudian perintah 6-10 (ini
yang merupakan dosa yang kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari). MENGAPA?
Karena perintah itu bersifat larangan, sedangkan manusia(pada umumnya) semakin
dilarang semakin menjadi. "Peraturan dibuat untuk dilanggar",
bukankah itu yang sering dikatakan orang? Sehingga oleh peraturan itu, dosa
mempunyai kesempatan untuk menggoda agar kita melanggarnya.
Apakah 10 perintah itu adalah
perintah yang tidak baik? Tentu saja perintah itu baik, hanya kalau dituruti
secara langsung, hal itu akan memberi kesempatan bagi dosa, TERUTAMA karena
kita sekarang berada di bawah kasih karunia. Mengapa?
Perintah yang bersifat larangan
adalah perintah yang mengharuskan kita mengekang diri kita, seperti memberi
kita batas-batas diri dan HAL INI terkadang membuat kita "takut"
untuk melanggarnya.
Maka, bagaimana cara
melakukannya dengan benar supaya dosa tidak atau hampir tidak mempunyai
kesempatan untuk menggoda kita?
Seperti yang tertulis di 1
Yohanes 4:18 bahwa:
1. Di dalam kasih tidak ada
ketakutan.
2. Kasih yang sempurna membuang
ke luar ketakutan, karena ketakutan mengandung hukuman, dan
3. Siapa yang takut, ia belum
disempurnakan di dalam kasih.
Kemudian 2 Timotius 1:7 menulis
bahwa Elohim tidak memberikan kepada kita roh ketakutan, melainkan kuasa dan
kasih dan pengendalian diri.
Lalu Yahshua juga merangkum
hukum yang terutama dalam 2 perintah sederhana (Matius 22:34-40, Markus
29:30-31, dan Lukas 10:25-28) :
1.Kasihilah Yahweh, Elohimmu,
dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu
dan dengan segenap kekuatanmu.
2. Kasihilah sesamamu seperti
dirimu sendiri.
Dari ayat-ayat ini, dapat kita
ambil suatu PRINSIP SEDERHANA untuk melaksanakan 10 perintah itu:
K
- A - S - I - H
Jika perintah LARANGAN adalah
untuk mengekang diri kita ke DALAM(menjaga hati dengan "TAKUT" akan
dosa), maka KASIH sifatnya KELUAR(memperlihatkan kebaikan hati dengan
"TIDAK TAKUT" akan dosa), karena KASIH kita kepada sesama itu hanya
dapat terlihat melalui perbuatan baik kita. (tentunya dengan motivasi hati yang
murni bukan untuk mencari muka ataupun yang lainnya) Langsung saja, cara
melaksanakannya:
1-3. KASIHILAH Elohim, kenapa
ambil pusing dengan ilah-ilah lain, kenapa takut kepada mereka, padahal mereka
tidak seberkuasa Elohim kita, yang telah menebus kita dari dosa. Jika kita
mengasihi Elohim, tentunya kita tahu bahwa DIA itu nyata, dan bahwa DIA
mengetahui semua perbuatan kita. Maka arahkanlah segalanya kepada DIA. Untuk
apa kita mengarahkan kepada yang lain? Apakah yang lain dapat mengganggu kita
jika DIA bersama kita?
Khusus untuk perintah ke-3, Pelaksanaannya
: PUJILAH DIA SETIAP WAKTU. Dengan demikian nama-Nya yang akan diucapkan oleh
mulut kita adalah dalam konteks untuk meninggikan DIA dan hal itu bukanlah
kesia-siaan.
4-5. Karena perintah ini bukan
larangan, tidaklah perlu untuk dibahas bagaimana pelaksanaannya. Lakukan saja
seperti yang tertulis.
6. Jangan membunuh.
Pelaksanaannya: KASIHILAH NYAWA SESAMAMU. Bagaimana cara mengasihi nyawa orang
lain? Pernahkah kita menjenguk orang sakit yang sedang berada di ambang
kematian?
Atau mungkin korban pembunuhan?
Bagaimana kesedihan keluarga ataupun orang-orang yang dekat dengan mereka?
Mungkin ayat yang paling tepat untuk menggambarkan tentang mengasihi nyawa
orang lain adalah Lukas 10:25-37.(Cerita tentang Orang Samaria yang baik hati)
Maka sesuai cerita itu, jika kita ingin mengasihi nyawa orang lain, jenguklah
mereka yang sakit, yang berada di penjara, yang menjelang kematian, dengan
demikian kita akan mengetahui betapa nyawa itu berharga apalagi bagi mereka
yang belum menerima keselamatan.
7. Jangan berzina. Pelaksanaannya:
KASIHILAH ISTRIMU/PASANGANMU. PUASKANLAH dirimu dengan dia. Kenapa harus
mencari yang lain? Mencari yang lain berarti kita menganggap pasangan kita
tidak cukup baik. Berkacalah di cermin dan lihatlah diri kita sendiri kemudian
coba ingat segala sesuatu yang tidak baik dari kita yang ditoleransi oleh
pasangan kita, apakah dia yang tidak cukup baik untuk kita ATAU kita yang tidak
cukup baik untuk dia? Jika kita mengasihi pasangan kita, pasti tidak akan
muncul keinginan untuk berzina.
8. Jangan mencuri.
Pelaksanaannya: BERKATI SESAMAMU. Seringkali alasan seseorang mencuri adalah
karena dia merasa KEKURANGAN. Dengan membiasakan diri memberkati sesama kita,
kita akan tahu bahwa sebenarnya kita tidak berkekurangan TETAPI berkelebihan,
dan kita TIDAK PERLU khawatir berkekurangan karena kita akan diberkati
oleh-Nya. Masa Bapa kita di surga maha kaya, tetapi kita sebagai anak-anak-Nya
mencuri?
9. Jangan mengucapkan kesaksian
dusta terhadap sesamamu. Pelaksanaannya: BERKATALAH JUJUR SENANTIASA. Harap
diingat bahwa perintah ini sebenarnya berfokus pada masalah-masalah
persekongkolan jahat yang dapat menyebabkan kerugian terhadap orang lain.
Sehingga jika kita berkata jujur, maka kita tidak akan tergganggu sama sekali
oleh hati nurani kita.
Tetapi penulis akan membahas
tentang kebohongan secara umum. Seringkali kita berdusta "DENGAN" maksud
baik. Apa yang sedang penulis maksudkan? Beberapa orang memilih untuk menipu
diri sendiri dengan mengatakan kepada dirinya bahwa dia sedang berkata
"white lie"(bohong putih/ bohong untuk kebaikan/untuk tidak menyakiti
hati orang lain). SADARKAH KITA BAHWA ITU TETAP BOHONG? Mungkin ada yang
berargumen bahwa itu untuk tidak menyakiti hati orang lain, tetapi apakah itu
didasari oleh kasih? Amsal 27:5-6 mengatakan bahwa teguran yang nyata lebih
baik dari kasih yang tersembunyi dan seorang kawan memukul dengan maksud baik,
tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah. Sederhananya apa yang
dimaksud dengan ayat ini? Bahwa jika seseorang yang dekat dengan kita itu
salah, BUKTI bahwa kita mengasihinya adalah dengan menegurnya, JIKA TIDAK,
berarti kita tidak mengasihinya. Jika kita memuji seseorang hanya untuk tidak
menyakiti hatinya, itu berarti kita TIDAK CUKUP mengasihinya. Dan itu BUKANLAH
KETULUSAN. Lalu bagaimana untuk tidak menyakiti hati orang lain? Sebenarnya hal
itu hanya masalah cara kita memilih kata-kata dan menyampaikannya. TETAPI
jikalau sekiranya pun tidak ada cara lain selain menegur dengan tegas, maka
ketahuilah TIDAK ADA peraturan yang melarang untuk menyakiti hati orang lain
JIKA itu dilakukan dengan maksud baik (bukan untuk membalas dendam atau
motivasi apapun).
10. Jangan mengingini segala
sesuatu milik sesamamu. Pelaksanaannya: MENGUCAP SYUKURLAH ATAS SEGALA SESUATU
YANG ADA PADAMU. Mengapa? Karena pengucapan syukur itu baik. Dan hal itu akan
mendatangkan berkat dari Elohim ke hidup kita sehingga orang lain yang akan
mengingini apa yang kita miliki, bukan kita yang mengingini apa yang mereka
miliki. Pengucapan syukur akan melatih kita untuk setidak-tidaknya merasa cukup
atas apa yang kita miliki.
Baiklah, demikian artikel ini.
Semoga bermanfaat bagi yang membacanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar