Bahtera menurut KBBI(Kamus Besar Bahasa Indonesia) artinya adalah
perahu atau kapal.
Maka, bahtera Nuh adalah perahu atau kapal Nuh. Lalu? Ada apa dengan
kapalnya si Nuh? Apa hebatnya kapalnya si Nuh? Sebelum kita membahasnya, ada sedikit
pendahuluan untuk yang belum mengetahui secara jelas cerita bahtera Nuh.
Pada zaman Nuh, kejahatan manusia telah membuat bumi rusak di hadapan
Elohim sehingga Elohim memutuskan untuk memusnahkan semua makhluk hidup dari
permukaan bumi.(Kejadian 6:11-13). Tetapi Nuh adalah seorang yang mendapat
kasih karunia Elohim, sehingga Elohim memerintahkan Nuh untuk membuat sebuah
bahtera untuk dirinya dan keluarganya juga untuk menjaga kelangsungan hidup
binatang-binatang yang ada di bumi. 7 hari setelah bahtera selesai, maka Elohim
menurunkan hujan selama 40 hari 40 malam dan membuat air bah yang menutupi
seluruh permukaan bumi selama 150 hari sehingga binasalah segala yang hidup.
Ketinggian air pada saat itu mencapai 15 hasta lebih tinggi dari puncak gunung
tertinggi di muka bumi. (Kejadian 7:20)
Setelah 150 hari, air mulai surut dan mengakibatkan bahtera tersebut
terdampar di atas pegunungan Ararat. Dan setelah itu, tidak ada lagi informasi
mengenai bahtera. Apakah bahtera ini dibongkar lalu kayunya dibuat menjadi
rumah untuk keluarga Nuh, ataukah dijadikan kayu bakar ataukah mungkin
dibiarkan begitu saja?
Di artikel ini kita akan membahas tentang bahtera ini. Tetapi pertama
sekali, apakah yang membuat bahtera ini menarik untuk dibahas?
1. Ukuran dari bahtera
Untuk memulainya mari kita mengutip dari Kitab Suci:
Kejadian 6:14-16 (TB) :
14. Buatlah bagimu sebuah bahtera dari kayu gofir;
bahtera itu harus kaubuat berpetak-petak dan harus kau tutup dengan pakal dari
luar dan dari dalam.
15. Beginilah engkau harus membuat bahtera itu:
tiga ratus hasta panjangnya, lima puluh hasta lebarnya dan tiga puluh hasta
tingginya.
16. Buatlah atap pada bahtera itu dan
selesaikanlah bahtera itu sampai sehasta dari atas, dan pasanglah pintunya pada
lambungnya; buatlah bahtera itu bertingkat bawah, tengah, dan atas.
Kejadian
6:14-16 (ILT):
14. Buatlah bagimu sebuah bahtera dari kayu gofir.
Engkau harus membuat kamar-kamar pada bahtera itu dan engkau harus memakalnya
dengan ter, dari dalam dan dari luar.
15. Dan beginilah engkau harus membuatnya: Panjang
bahtera itu tiga ratus hasta, lebarnya lima puluh hasta, dan tingginya tiga
puluh hasta.
16. Engkau harus membuat sebuah jendela pada
bahtera itu dan engkau harus menyelesaikannya sampai sehasta dari atas, dan
engkau harus memasang pintu bahtera itu pada lambungnya. Engkau harus membuat
bahtera itu bertingkat: bawah, tengah, dan atas.
Genesis
6:14-16 (KJV):
14. Make thee an ark of gopher wood; rooms shalt
thou make in the ark, dan shalt pitch it within and without with pitch.
15. And this is the fashion which thou shalt make
it of: The length of the ark shall be three hundred cubits, the breadth of it
fifty cubits, and the height of it thirty cubits.
16. A window shalt thou make to the ark, and in a
cubit shalt thou finish it above; and the door of the ark shalt thou set in the
side thereof; with lower, second, and third stories shalt thou make it.
Genesis 6:14:16
(JGLT):
14. Make an
ark of cyprus timbers for yourself. You shall make rooms in the ark; and you
shall cover itu with asphalt inside and out.
15. And you shall make it this way: The length of
the ark shall be three hundred cubits, its breadth fifty cubits, and its height
thirty cubits.
16. You shall make a window in the ark, and you
shall finish it above to a cubit. And you shall set the door of the ark in its
side. You shall make it with lower, second, and third stories.
Genesis
6:14:16 (HCSB):
14. Make yourself an ark of gofer wood. Make rooms
in the ark, and cover it with pitch inside and outside.
15. This is how you are to make it: The ark will
be 450 feet long, 75 feet wide, and 45 feet high.
16. You are to make a roof, finishing the sides of
the ark to within 18 inches of the roof. You are to put a door in the side of
the ark. Make it with lower, middle, and upper decks.
Genesis
6:14:16 (CJB):
14. Make yourself an ark of gofer-wood; you are to
make the ark with rooms and cover it with pitch both outside and inside.
15. Here is how you are to build it: the length of
the ark is to be 450 feet, its width seventy-five feet and its height
forty-five feet.
16. You are to make an opening for daylight in the
ark eighteen inches below its roof. Put a door in its side; and build it with
lower, second, and third decks.
Genesis
6:14:16 (HRB):
14. Make an ark of cypress timbers for yourself.
You shall make rooms in the ark; and you shall cover it with asphalt inside and
out.
15. And you shall make it this way; The length of
the ark shall be three hundred cubits, its breadth fifty cubits, and its height
thirty cubits.
16. You shall make a window in the ark, and you
shall finish it above to a cubit. And you shall set the door of the ark in its
side. You shall make it with lower, second, and third stories.
Dari ayat-ayat diatas sebagai pembanding, maka
ciri-ciri dan ukuran dari bahtera Nuh dapat kita tuliskan sbb:
-Terbuat dari kayu
gofir.
- Panjangnya 300 cubits(hasta)
atau 450 feet(kaki).
- Lebarnya 50
cubits(hasta) atau 75 feet(kaki).
- Tingginya 30
cubits(hasta) atau 45 feet(kaki).
-Mempunyai sebuah
jendela atau “skylight” (jendela pada atap yang miring) untuk melihat keluar dengan jarak 1 cubit(hasta) atau 18 inches(inci) dari atap.
-Mempunyai 3 tingkat
dan setiap tingkatnya mempunyai banyak kamar/ruangan/sekat untuk memuat binatang maupun keluarga Nuh.
Perlu diingat, ukuran asli yang dipergunakan
adalah cubit (hasta) BUKAN feet. Karena di zaman Musa, ukuran feet tidak
dipergunakan bahkan mungkin belum ditemukan. Maka hasil konversi (dengan 1
hasta kurang lebih 52,35 cm – hasta yang dipakai adalah “Royal Egyptian Cubit”
bukan hasta biasa yang tertera di kamus TB maupun ILT dengan alasan yang akan
dijelaskan dibawah. Ukuran didapat dari www.convertunits.com), panjangnya
adalah 157,05 meter, lebarnya adalah 26,175 meter, dan tingginya adalah 15,705
meter.
2.
Siapa saja yang membangun bahtera
Dari ayat-ayat yang telah ditulis diatas, maka
dapat kita baca bahwa bahtera tersebut diperintahkan oleh Elohim untuk dibangun
oleh Nuh. Karena tidak ada referensi lebih lanjut mengenai siapa saja yang
membangun bahtera ini, maka dapat disimpulkan untuk sementara bahwa bahtera ini
dibangun oleh Nuh sendiri. Karena pada saat Elohim memerintahkannya
untuk membangun bahtera, hanya Nuh sendirilah yang masih percaya kepada Elohim.
Dapatkah kita bayangkan, kapal sepanjang 157 meter dibangun seorang diri?
3. Goncangan yang dialami bahtera
Jika kita membaca apa yang harus dilalui oleh
bahtera ini, maka kita akan mengetahui bahwa bahtera ini bertahan selama hujan
40 hari 40 malam. Tentu saja hujan yang dimaksud ini bukan hujan rintik-rintik
seperti lagu lawas “Gereja Tua”. Tapi hujan badai yang sangat lebat ditambah
dengan air laut yang tiba-tiba pasang terus menerus tanpa sebab yang jelas bagi
orang-orang pada masa itu. Untuk memperjelas hal ini, mari kita mengutip
ayatnya dari Kitab Suci:
Kejadian 7:11-12 (TB):
11. Pada waktu umur Nuh enam ratus tahun, pada
bulan yang kedua, pada hari yang ketujuh belas bulan itu, pada hari itulah terbelah segala mata air samudera raya yang
dahsyat dan terbukalah tingkap-tingkap di langit.
12. Dan turunlah hujan lebat meliputi bumi empat puluh hari empat puluh malam lamanya.
Kejadian
7:11-12 (ILT):
11. Pada tahun keenam ratus dalam kehidupan Nuh,
pada bulan yang kedua, pada hari yang ketujuh belas bulan itu, pada hari itu segala mata air samudera raya telah
terbelah dan tingkap-tingkap langit telah terbuka.
12. Dan terjadilah hujan lebat ke atas bumi, empat puluh hari dan empat puluh malam.
Genesis 7:11-12 (KJV):
11. In the six hundredth year of Noah’s life, in
the second month, the seventeenth day of the month, the same day were all the fountains of the great deep broken up, and
the windows of heaven were opened.
12. And the
rain was upon the earth forty days and forty nights.
Genesis
7:11-12 (JGLT):
11. In the six hundredth year of Noah’s life, in
the second month, in the seventeenth day of the month, in this day all the fountains of the great deep were risen, and
the windows of the heavens were opened up.
12. And the
rain was on the earth forty days and forty nights.
Genesis
7:11-12 (HSCB):
11. In the six hundredth year of Noah’s life, in
the second month, on the seventeenth day of the month, on that day all the sources of the watery depths burst
open, the floodgates of the sky were opened,
12. and the
rain fell on the earth 40 days and 40 nights.
Genesis
7:11-12 (CJB):
11. On the seventeenth day of the second month
of the 600th year of Noach’s life all the fountains of the great deep were broken up, and the windows of the sky
were opened.
12. It rained
on the earth forty days and forty nights.
Genesis
7:11-12 (HRB):
11. In the six hundredth year of Noah’s life, in
the second month, in the seventeenth day of the month, in this day all the fountains of the great deep were risen, and
the windows of the heavens were opened up.
12. And the
rain was on the earth forty days and forty nights.
Dari ayat-ayat diatas, kita dapat melihat bahwa
terjadi dua hal. Yang pertama, mata air samudera raya terbuka (terbelah) yang
berarti air laut naik terus-menerus. Kalau kita berpikir sejenak secara logika,
hal ini sepertinya tidak mungkin karena air harusnya mengalir dari tempat yang
tinggi ke tempat yang rendah. Sedangkan yang tertulis disini seakan-akan
menyatakan air “naik” dari tempat terdalam keluar menambah air yang sudah ada
terlebih dahulu di atasnya. Jika demikian seharusnyalah tidak ada penambahan
volume air karena air akan tetap mengisi ruang kosong yang terdapat di
bawahnya. Yang kedua, tingkap-tingkap langit terbuka dan hujan turun dengan
sangat deras. Banyak yang berpendapat bahwa tingkap-tingkap langit yang
dimaksud adalah lapisan atmosfer bumi yang pada saat itu diyakini lebih tebal daripada
atmosfer bumi sekarang. Hal ini mengakibatkan atmosfer bumi setelah air bah
lebih tipis dari sebelumnya dan hal inilah yang dianggap menyebabkan umur
manusia sekarang semakin lama semakin pendek jika dibandingkan dengan manusia
yang hidup di zaman sebelumnya.
Tentunya dua hal ini akan mengakibatkan gelombang
yang besar menggoncangkan bahtera Nuh. Dan dapatkah kita bayangkan jika sebuah
perahu digoncangkan badai, apa yang akan terjadi dengan penumpang di dalam
perahu? Tentunya jika penumpangnya adalah manusia biasa, pastilah mereka akan
panik. Tetapi jika penumpangnya adalah binatang? Pastilah mereka akan berusaha
keluar dari kandang mereka dan membuat adanya goncangan dari dalam kapal.
(referensi atas hal ini ada di kitab Yashar/Kitab Orang Jujur).
Hal yang ingin ditegaskan dalam poin ini adalah
bahwa bahtera yang dibangun oleh Nuh ini haruslah mempunyai konstruksi yang
sangat kuat untuk menahan gelombang laut dan badai, kemudian menahan goncangan
akibat binatang-binatang yang ketakutan di dalam kapal (bayangkan jika gajah
atau badak yang panik di dalam kapal. Kira-kira kandang sekuat apa yang harus
bisa menahan tenaga binatang itu).
Sebagai perbandingan mari kita melihat apa yang
dapat dilakukan suatu badai terhadap kapal sepanjang bahtera Nuh di zaman
sekarang ini.
Pada tanggal 18 Februari 1952, kapal tanker SS
Pendleton dan SS Fort Mercer terjebak dalam hujan badai dengan angin yang
sangat kencang. Kedua kapal ini adalah kapal yang bertipe sama dan memiliki
panjang kurang lebih 154 meter dan jika diperhatikan hampir sepanjang bahtera
Nuh (kurang sekitar 3 meter). Dengan demikian perbandingan yang akan dilakukan
hampir seperti “apple to apple”. (Sebagai informasi, kisah nyata penyelamatan
awak kapal SS Pendleton telah difilmkan pada tahun 2016 dengan judul “The
Finest Hours”)
Apa yang terjadi pada kedua kapal tanker
tersebut? Jawabannya adalah terbelah menjadi dua. Perlu diingat, teknologi
kapal sekarang tentunya bukanlah kapal yang kulit(istilah yang dipakai untuk
bagian rangka luar) luarnya hanya “kayu”. Tentunya kulit kapal (apalagi kapal
tanker) harusnya adalah kulit yang terbuat dari besi ataupun baja yang harusnya lebih tahan dari kayu. Tetapi
bahkan kapal dengan kulit besi saja tidak dapat bertahan melalui badai dan
akhirnya terbelah dua. Dan juga harus ditambahkan bahwa kedua kapal ini
menghadapi badai yang kemungkinan durasinya(lamanya) adalah hitungan jam atau satu dua hari saja
sampai badai menjadi tenang atau melewati daerah kedua kapal ini. Bandingkan
dengan yang harus dihadapi oleh bahtera Nuh. Terbuat dari kayu “gofir” dan menghadapi badai selama berapa lama? 40
hari 40 malam. DAN bertahan tidak patah menjadi dua.
Dari 3 poin yang telah dijabarkan diatas, dapat
kita rangkum bahwa bahtera Nuh adalah bahtera yang dibangun oleh Nuh seorang
diri yang panjangnya mencapai kurang lebih 157 meter dan dibuat dengan
menggunakan kayu gofir sebagai bahan utama tetapi dapat bertahan melampaui
hujan badai bukan hanya selama 1-2 jam atau 1-2 hari tetapi 40 hari 40 malam
NONSTOP.
Jika rangkuman diatas dibaca, maka hanya ada satu
kalimat yang bisa dikatakan tentang bahtera ini: terlalu ajaib untuk jadi kenyataan (too good to be true). Jikalau
demikian adanya, apakah cerita tentang bahtera ini hanyalah dongeng semata-mata
untuk anak-anak kecil untuk menggambarkan penghukuman Elohim?
Tetapi sadarkah kita, jika bahtera yang panjangnya
saja melebihi panjang lapangan sepakbola ini masih terdapat di permukaan bumi,
ini akan menjadi suatu bukti penting bahwa Kitab Suci tidak sedang mendongeng
tapi menuliskan kebenaran, suatu informasi fakta? Dan jika bahtera Nuh adalah
nyata, maka seluruh kitab Kejadian juga bisa jadi menuliskan kebenaran, bahwa
teori evolusi manusia berasal dari simpanse atau monyet hanyalah rekaan, bahwa
manusia itu diciptakan oleh Elohim adalah kebenaran, bahwa terciptanya bumi
tidak melalui proses BIG BANG, tetapi oleh firman Elohim?
Dan ternyataaaaa... bahtera Nuh yang kita bahas
di artikel ini telah lama ditemukan hanya saja publikasinya (meskipun beberapa
kali diliput oleh media ternama) hampir tidak dipedulikan terutama oleh dunia.
Marilah kita membahas berapa kemungkinannya bahwa yang ditemukan adalah
benar-benar bahtera Nuh ataukah hanya tipuan dari orang-orang yang tidak
bertanggung jawab.
Kronologi ditemukannya bahtera Nuh
Pada tahun 1959 tentara Turki bernama Kapten
Llhan Durupinar menemukan suatu hal yang tidak wajar ketika sedang memeriksa
foto-foto keadaan alam di negara Turki yang diambil dari udara. Bentuk yang tidak
wajar dan rata (dilihat dari udara) ini lebih besar daripada lapangan
sepakbola, sangat mencolok jika dibandingkan dengan keadaan sekelilingnya yang
berbatu-batu dan tidak rata pada ketinggian 6300 kaki (sekitar 1890 meter dpl)
di dekat perbatasan Turki dan Iran.
Daerah pegunungan ini awalnya merupakan bagian
dari kerajaan Armenia, negara yang berumur ribuan tahun dan sering dianggap sebagai
“negara Kristen pertama”, sampai dikalahkan oleh Turki pada permulaan abad
ke-20.
Kapten Durupinar mengetahui tentang bahtera Nuh
dan keterkaitannya terhadap gunung Ararat di Turki, tapi dia tidak mau terlalu
cepat mengambil kesimpulan. Daerah tersebut sangatlah terpencil, sekalipun
dihuni oleh desa-desa kecil. Karena sebelumnya tidak pernah ada laporan
mengenai objek yang mengherankan ini, maka Kapten Durupinar mengirimkan negatif
film dari foto ini ke ahli fotografi udara yang cukup terkenal bernama Dr.
Brandenburger di Ohio University.
Dr Brandenburger dikenal karena dapat menemukan
markas misil Kuba pada era Presiden Kennedy hanya dari foto-foto hasil
pengintaian. Setelah memeriksa foto dari negatif film tersebut dengan seksama,
dia menyimpulkan: “Saya sangat yakin sekali bahwa objek ini adalah sebuah
kapal. Selama karir saya, saya tidak pernah melihat objek seperti ini pada
sebuah foto.”
Pada tahun 1960, foto diatas diterbitkan oleh
majalah LIFE dengan judul Noah’s Ark?(Bahtera
Nuh?) Pada tahun yang sama beberapa
orang Amerika bersama dengan Kapten Durupinar mengunjungi situs tersebut selama
satu setengah hari. Mereka berharap dapat menemukan artifak-artifak di
permukaan ataupun sesuatu yang pasti berhubungan dengan kapal. Mereka melakukan
penggalian di area tersebut tetapi gagal menemukan sesuatu yang dapat
menjelaskan situs tersebut. Ketika kembali mereka mengumumkan kepada dunia
bahwa hal itu hanyalah bentangan(formasi) alamiah biasa. Hal ini mengakibatkan
media massa global menjadi tidak tertarik dengan pemberitaan tersebut dan
berita tentang situs ini pun menghilang.
Yang pertama kali
diselidiki adalah panjang dari situs tersebut dan memeriksa bentuknya. Bentuk
situs tersebut menyerupai lambung kapal (bagian bawah kapal/hull). Dan panjang
situs tersebut adalah 515 feet atau kurang lebih 300 hasta (“Royal Egyptian
Cubit”) dengan lebar 50 hasta.
Lokasi bahtera Nuh
yang diperkirakan ahli Geologi harusnya berada lebih tinggi 1000 kaki daripada
situs ini dan seharusnya diselimuti oleh lumpur yang telah membatu. Tetapi dari
pemeriksaan didapati bahwa situs ini terletak pada daerah aliran lumpur,
sehingga jelas bahwa objek yang diduga bahtera Nuh ini telah berpindah lebih
dari satu mil dari lokasi awalnya. Dan mengapa situs ini tidak diselimuti oleh
lumpur? Para ahli memperkirakan bahwa gempa tahun 1948 (tahun dimana negara
Israel didirikan. Kebetulankah?) membuat lumpur-lumpur yang menyelimutinya
patah dan lepas sehingga memperlihatkan struktur aslinya. Teori ini diperkuat
oleh kesaksian dan cerita penduduk desa di sekitarnya yang mengatakan bahwa
situs tersebut muncul tiba-tiba sekitar waktu itu (tahun 1948).
Bagian D dari
gambar diatas diyakini sebagai haluan kapal (bagian depan kapal) dan sisi
sebaliknya adalah buritan kapal (bagian belakang kapal).
2. Radar yang menembus permukaan bumi
Teknik yang
digunakan disebut Ground Penetrating Radar (GPR). Secara sederhana, prinsip
kerja dari teknik ini dapat dikatakan sama dengan sonar yang digunakan untuk
mengetahui kedalaman suatu perairan apakah laut ataupun sungai. Yaitu dengan
mengirimkan gelombang mikro yang dapat menembus tanah dan akan memantul kembali
jika terbentur dengan benda yang terlalu padat. Teknik ini secara umum
digunakan untuk mencari posisi minyak dan mineral lainnya. Lama waktu yang
dibutuhkan dan kekuatan pantulan gelombang mikro ini akan memberi petunjuk
kepada para ahli geologi tentang kedalaman dan kepadatan objek yang berada di
dalam tanah.
Hasil dari radar tersebut memperlihatkan adanya struktur seperti gambar diatas terdapat dibawah tanah/lumpur. Dari hasil ini sudah jelas dapat disimpulkan bahwa hal ini tidaklah mungkin terjadi secara alamiah tetapi pastilah hasil buatan manusia, sehingga memperkuat dugaan bahwa ini adalah bahtera Nuh.
3. Artifak-artifak
yang ditemukan
Menggunakan GPR,
Ron Wyatt menemukan sebuah lubang kecil, yang kemudian dibor dan didalam lubang
tersebut ditemukan beberapa artifak seperti tanduk rusa yang telah memfosil,
dan juga sehelai bulu yang ketika diteliti lebih lanjut adalah merupakan bulu
kucing.
Tetapi artifak yang paling menakjubkan dan signifikan adalah kayu (gambar diatas) yang telah membatu(menjadi seperti fosil). Setelah diteliti lebih lanjut, kayu ini terdiri dari 3 lapis papan yang digabung/ditempel menjadi satu dengan perekat(lem) organik. Teknik ini adalah teknik yang digunakan untuk membuat plywood di zaman sekarang. Penggabungan ini membuat ketahanan kayu tersebut jauh lebih besar dibanding jika tidak digabung. Hal ini membuktikan bahwa pengetahuan konstruksi pada saat itu sudah sangat jauh berkembang mungkin melebihi dari apa yang kita ketahui saat ini.
Hasil tes yang dilakukan oleh Galbraith Labs di Knoxville, Tennessee, memperlihatkan bahwa sampel mengandung 0,7% karbon organik, sesuai dengan ciri-ciri kayu yang telah membatu.
Pemeriksaan memperlihatkan bahwa perekat yang digunakan merembes keluar dari lapisan-lapisan papan. Bagian luar papan seperti telah dilapisi dengan bitumen (aspal).
Yang lebih mengejutkan adalah bukan hanya dapat dipastikan bahwa sampel tersebut mengandung karbon (menandakan dahulu sampel tersebut adalah kayu) tetapi juga terdapat paku-paku besi (gambar kanan di atas). Hal ini menandakan bahwa perkembangan teknologi tidaklah seperti apa yang diperkirakan para ahli bahwa kita mulai dari zaman batu menuju zaman berikutnya dan berikutnya. Karena dalam sampel ini sudah terdapat teknologi konstruksi yang sedemikian maju dan paku-paku besi memperlihatkan bahwa saat itu sudah dikenal metalurgi.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Catatan:
Dari hal-hal yang ditemukan ini, ada dugaan bahwa ada salah terjemahan pada kitab Kejadian 6:14, bukan kayu “gopher” yang dimaksud, tetapi kayu “Kopher”. Kayu kopher diartikan sebagai kayu (apapun) yang dilapisi dengan bitumen (aspal). Huruf G dan K dalam bahasa Ibrani dianggap cukup mirip (bisa dilihat dari link website yang akan ditampilkan di bagian referensi) dan mungkin membuat kesalahan penterjemahan dalam King James Version.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Temuan artifak yang paling mengejutkan adalah rivet (paku keling – paku yang digunakan untuk menjadi sambungan tetap antara dua plat logam) berbentuk bundar yang setelah dianalisis, komposisinya adalah besi (8,38%), aluminium (8,35%), dan titanium (1,59%). Perlu diingat bahwa paku keling ini telah berumur cukup lama sehingga belum tentu material pada awalnya adalah sesuai dengan komposisi tersebut.
Kita mengetahui bahwa aluminium dimasukkan kedalam campuran logam karena hampir tidak terdapat secara bebas di alam. Hal ini sekali lagi menandakan adanya pengetahuan tentang metalurgi dan teknologi yang sangat maju BAHKAN jika dibandingkan dengan saat ini. Karakteristik dari campuran logam besi dan aluminium telah diteliti pada The Russian Chemical Bulletin pada tahun 2005 dan memperlihatkan bahwa campuran ini akan membentuk lapisan aluminium oksida tipis yang berfungsi melindungi dari karat dan korosi. Sedangkan titanium akan memberi tambahan kekuatan(ketahanan). Dan sepertinya cara ini efektif pada paku keling ini yang bertahan bahkan setelah ribuan tahun.
4. Penemuan-penemuan di area sekitar
Beberapa mil dari situs tersebut ditemukan
beberapa batu-batu besar dengan beragam posisi. Beberapa dalam keadaan tegak
dan banyak yang terletak dalam posisi telentang ditanah. Batu-batu dengan berat
beberapa ton ini juga memiliki lubang-lubang. Dan setelah diteliti, disimpulkan
bahwa batu-batu ini adalah jangkar dari bahtera dan lubang-lubang tersebut
adalah lubang tali jangkar. Cara penggunaan jangkar ini diilustrasikan pada
gambar berikut ini
Para pelaut zaman purba biasa menggunakan jangkar dengan cara seperti ini untuk menstabilkan kapal-kapal besar dan mengarahkan bagian haluan kapal agar selalu menghadap ke arah datangnya ombak sehingga memperkecil bagian samping kapal yang terkena sapuan gelombang ombak besar.
Selain itu juga ditemukan sisa-sisa rumah dan altar yang diperkirakan dibangun oleh Nuh dan keluarganya setelah mereka keluar dari bahtera. Altar tersebut berdiameter 10 kaki (sekitar 3 meter)
Referensi:
Pertanyaan-pertanyaan
yang mungkin timbul:
1. Ada setidak-tidaknya dua situs yang dianggap
adalah bahtera Nuh. Mengapa hanya satu yang dibahas di artikel ini?
Jb: Segala bentuk-bentuk yang dianggap tidak wajar di sekitar
pegunungan Ararat pernah dicurigai sebagai bahtera Nuh. Tetapi kenyataannya ada
yang merupakan tipuan dari penduduk desa sekitar yang mengangkut kayu dan
membuat sesuatu bentuk yang seakan-akan sudah cukup tua dengan berbagai cara.
Ada juga sesuatu yang tampak timbul di dekat puncak gunung yang menyembul
keluar sehingga mencolok ketika dilihat dari udara. Awalnya dianggap sebagai
bagian depan dari bahtera Nuh. Tapi penyelidikan lebih lanjut menyatakan itu
adalah “basalt dike”. Dike adalah suatu lapisan batuan yang terbentuk di atas
batuan lain yang dapat diakibatkan oleh lava ataupun proses sedimentasi.
Tetapi situs yang dikunjungi
oleh Ron Wyatt dan ahli geologi ini telah diperiksa menggunakan alat-alat yang
sesuai (sebagaimana telah dijelaskan diatas) dan beberapa artifak dari situs
ini juga sudah melalui pemeriksaan laboratorium. Hasil tes Galbraith Labs dan
The Russian Chemical Bulletin dapat dilihat melalui link http://www.viewzone.com/noahx.html
2. Mata air samudera raya terbelah? Apakah ada mata
air di dalam samudra? Seharusnya hal itu tidak menambah volume air diatasnya
kan?
Jb: Untuk pertanyaan apakah ada mata air di dalam samudra? Jawabnya
ada. Dan karena hal itu sudah tertulis lebih dahulu di Kitab Suci yang sudah
berumur ribuan tahun, maka hal itu bukanlah sesuatu yang ajaib/keramat.
Penjelasan mengenai hal ini dapat dilihat pada link-link berikut:
Kemudian untuk menjawab pertanyaan mata air samudera raya
terbelah, haruslah kita pahami bahwa ketika Elohim mendatangkan suatu
malapetaka/mujizat yang luar biasa dahsyat seperti air bah, terbelahnya Laut
Teberau/Laut Merah, 10 tulah di Mesir, maka umumnya (sekali lagi ditekankan
UMUMNYA tidak semua) Dia menggunakan alam untuk menjadi alat-Nya. Sebelum
mujizat itu datang, terkadang ada sedikit “informasi“ mengenai bagaimana cara
Elohim mendatangkannya, misalnya sebelum tulah belalang sampai ke tanah Mesir,
dikatakan bahwa Elohim mendatangkan angin timur sehari-harian dan
semalam-malaman. Juga untuk mujizat terbelahnya Laut Teberau/Laut Merah,
setelah Musa mengangkat tongkatnya maka sekali lagi angin timur digunakan
semalam-malaman untuk membuat laut menjadi tanah kering.
Lalu bagaimana dengan mata air di samudera raya(di bawah
laut) yang terbelah dan apakah dapat menambah air diatasnya? Mata air didalam
laut hanya akan mengeluarkan air tawar dan bercampur dengan air laut di atasnya
JIKA tekanan pada air tawar tersebut lebih besar dari tekanan air laut di titik
keluarnya (mata airnya). Maka air tawar tersebut akan menambah air laut
diatasnya. Karena terjadi pada segala mata air (TB/ILT), maka hal ini
juga mengindikasikan terjadi sesuatu pada seluruh permukaan bumi yang
menyebabkan tekanan pada mata air tawar tersebut bertambah melebihi tekanan air
laut, misalnya ada desakan dari lapisan batuan di bawah mata air tawar
tersebut.
3. Mengapa hasta yang digunakan adalah “Royal
Egyptian Cubit” yang kurang lebih 52,35 cm bukannya hasta standar Ibrani yang
berukuran 44,45 cm atau hasta Mesir biasa yang berukuran 44,7 cm?
Jb: Secara logika, ketika Musa menerima Taurat, bangsa Israel baru saja
keluar dari Mesir dan dalam banyak hal masih menggunakan hal-hal yang
dipergunakan di Mesir. Untuk ukuran hasta, pada saat itu yang lazim
dipergunakan di Mesir adalah hasta “Royal Egyptian Cubit”. Beberapa bukti
tentang hal ini misalnya :
Kel 12:2, Elohim menetapkan suatu penanggalan
baru bagi bangsa Israel, tidak lagi menuruti kalendar bangsa-bangsa lain.
Kel 30:13 dan Imamat 27:25, ditegaskan bahwa
shikal kekudusan dua puluh gera beratnya.
4. Setelah air bah yang seharusnya untuk
memusnahkan para manusia berdosa dan para raksasa hasil keturunan nephilim,
mengapa masih ada keturunan raksasa di kemudian hari seperti Og Raja Basan,
Goliat orang Gat?
Jb. Pertanyaan ini akan diangkat menjadi artikel baru suatu saat nanti,
tetapi secara singkat ada dua kemungkinan yang dapat terjadi:
1. Salah satu dari keturunan Nuh adalah carrier gen
raksasa. Mungkin istri Nuh, anak-anak Nuh ataupun istri dari anak-anak Nuh,
sehingga sesuai hukum hereditas, dari keturunan anak- anak Nuh ada yang
merupakan raksasa.
2. Ada keturunan para raksasa yang selamat dari air
bah. Jika kemungkinan kedua ini terjadi, berarti kemungkinannya ada bahtera
lain yang dibuat selain milik Nuh karena rasanya tidak mungkin ada makhluk yang
dapat hidup selama 40 hari 40 malam di tengah badai. Hal ini mungkin saja
terjadi mengingat legenda tentang banjir besar dan kapal yang dibuat untuk menyelamatkan diri dari banjir tersebut ada di hampir setiap suku bangsa di
dunia.
5. Apakah
air bah ini bakal terjadi lagi?
Jb. Jawaban secara singkat: TIDAK.
6. Mengapa
kita bisa mengatakannya dengan pasti bahwa air bah ini tidak akan terjadi lagi?
Jb. Pada kitab Kejadian 9:11-15, Elohim telah berjanji kepada Nuh dan
segala makhluk yang hidup untuk selama-lamanya (ayat 12 dan ditegaskan kembali
di ayat 16) bahwa tidak akan ada lagi air bah untuk menghancurkan bumi. Dan
Elohim telah meletakkan suatu tanda perjanjian ini di awan (dan banyak diyakini
bahwa tanda perjanjian yang disebut busur ini adalah pelangi)
7. Apakah
hal-hal yang telah disebutkan diatas (sekalipun mengandung banyak bukti) dapat
memastikan tanpa ragu bahwa ini adalah bahtera Nuh?
Jb. Jawaban dari pertanyaan ini dikembalikan kepada setiap orang yang
membaca artikel ini. Boleh percaya boleh tidak. Suatu kebenaran tidak
tergantung apakah ada yang mempercayainya atau tidak. Karena sekalipun
kebenaran itu tidak dipercaya pada saat ini, suatu saat pasti akan terbukti
benar. Tetapi bagi mereka yang tidak mau mempercayainya, meskipun diberikan
bukti yang tidak terbantahkan, belum tentu mereka akan percaya. Tentang hal
seperti ini sudah diperingatkan di dalam kitab suci (cerita tentang orang kaya
dan Lazarus yang miskin) dimana Abraham mengatakan kepada orang kaya tersebut
sekalipun orang mati bangkit mereka tidak akan percaya. (Lukas 16:31).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar